Minggu, 12 Maret 2017

PESTISIDA

Pestisida dan umumnya petani di Indonesia hampir tidak dapat dipisahkan. Hampir disemua budidaya pertanian menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama/penyakit yang menyerang tanaman. Agar dalam penggunaan pestisida ini bisa efektif dan tidak berlebihan maka petani perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang pestisida.

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama penyakit secara luas dan cide yang artinya membunuh. Menurut PP nomor 7 Tahun 1973, pestisida adalah semua zat atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk salah satunya mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil - hasil pertanian.

PENGELOMPOKAN PESTISIDA BERDASARKAN CARA PEMBUATANNYA
  1. Pestisida Nabati; merupakan pestisida yang langsung dibuat dari bahan - bahan alami seperti akar tuba, tembakau, mimba, jeringau dll. Dalam posting kali ini saya tidak lagi membahas tentang pestisida nabati karena sudah saya posting beberapa waktu yang lalu.
  2. Pestisida Sintetik;  golongan organofosfat, golongan karbamat, organoklorin dn piretroid. 


PENGELOMPOKAN PESTISIDA BERDASARKAN OPT YANG MENYERANG

JENIS PESTISIDA
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) YANG MENYERANG
INSEKTISIDA
Serangga
FUNGISIDA
Cendawan/Jamur
RODENTISIDA
Tikus
HERBISIDA
Gulma/Tanaman Liar
MOLUSKISIDA
Siput/Keong
AKARISIDA
Tungau
NEMATISIDA
Nematoda
BAKTERISIDA
Bakteri


A.  KLASIFIKASI INSEKTISIDA

Berdasarkan Cara Masuknya Racun Ke Dalam Tubuh Hama:
  1. Racun Perut/Lambung (Stomach Poison); adalah insektisida – insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pecernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran mematikan (misalnya ke susuna syaraf serangga). Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprotkan dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya. Contohnya: Dipel WP, Regent 0,3 G, dll.
  2. Racun Kontak; Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut. Beberapa insektisida yang kuat sifat racun kontaknya antara lain diklorfos dan pirimifos metal. Contohnya Marshal 200 EC, Matador 25 EC, dll.
  3. Racun Pernafasan; adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernafasan. Serangga hama akan mati apabila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau menghasilkan gas da diaplikasikan sebagai fumigansia, misalnya metil bromida, aluminium fosfida, dsb. Ada pula insektisida, baik racun kontak atau racun perut, yang mempunyai efek sebagai fumigansia, misalnya diafentiuron. Contohnya: Sinobrom 98 G, Pegasus 500 EC, dll. 

Berdasarkan Gerakan Racun Pada Tanaman:
  1. Non Sistemik; setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan) pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian luar tanaman. Insektisida nonsistemik sering disebut insektisida kontak. Namun, istilah itu sebenarnya kurang begitu tepat. Istilah kontak lebih tepat digunakan bagi cara kerja insektisida yang berhubungan dengan cara masuknya ke dalam tubuh serangga. Contohnya Diazinon 600 EC, Nufaq 200 EC, dll.
  2. Sistemik;  diserap oleh organ – organ tanaman, baik lewat akar, batang atau daun. Selanjutnya, insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditrasportasikan ke bagian – bagian tanaman lainnya, baik ke atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk tunas yang baru tumbuh. Contoh: Regent 0,3 G
  3. Translaminer; dapat diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun), tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman. Contohnya: Curacron 500 EC.
Berdasarkan Cara Kerja 
CARA KERJA
CONTOH
RACUN FISIK
Minyak Bumi, Debu Inert
RACUN PROTOPLASMA
Logam Berat, Asam Kuat dll
RACUN PERUT
Dipel WP, Furada 3 G, dll
PENGHAMBAT METABOLISME
Atabron 50 EC, Macth 50 EC, Cascade 50 EC, dll


B.  KLASIFIKASI FUNGISIDA

Berdasarkan Gerakan Racun Pada Tanaman:
NO.
CARA KERJA
CONTOH
1
NON SISTEMIK/KONTAK
Daconil 70 WP, Dithane M 45, Antracol 80 WP, dll
2
SISTEMIK
Benlox 50 WP, Metalax 35 SD, Ridomil Gold, dll
3
TRANSLAMINER
Revus Opti 400 SC

Berdasarkan Cara Kerja Racun
NO.
CARA KERJA
CONTOH
1
Merusak Dinding Sel
Siodan 20 WP, Xymoksan 50 WP, dll
2
Mempengaruhi Pembelahan Sel
Benlox 50WP, Bevistin 50 WP, Bendas 50 WP, dll
3
Memperngaruhi permebialitas membrane sel
Rubigan 120 EC, Primazol 250 EC, Scre 250 EC, dll
4
Menghambat Enzim
Rovral 50 WP, dll


C.  KLASIFIKASI HERBISIDA

Berdasarkan Bidang Sasaran
NO.
BIDANG SASARAN
1
Herbisida Tanah (Soil Acting)
2
Herbisida Yang Aktif Pada Gulma Yang Sudah Tumbuh:

-          Herbisida Kontak

-          Herbisida Sistemik

Berdasarkan Gulma Sasaran
NO.
GULMA SASARAN
1
Herbisida yang kuat terhadap golongan rumput
2
Herbisida yang kuat terhadap golongan daun lebar
3
Herbisida Non Selektif

Berdasarkan Saat Aplikasi
NO.
SAAT APLIKASI
1
Herbisida pra tumbuh (membunuh biji)
2
Herbisida pasca tumbuh (membunuh setelah gulmanya tumbuh)
3
Early postemergence

Berdasar Cara Kerja
NO.
CARA KERJA
1
Penghambat respirasi
2
Penghambat fotosintesa
3
Penghambat perkecambahan
4
Penghambat sintesis asam amino
5
Bersifat hormon

FORMULASI PESTISIDA
Kode
Formulasi
Uraian
Pengadukan
Residu Yang Tampak Pada Tanaman
EC
EmulsifiableConcentrate:
Formulasi dalam bentuk pekatan cair dengan konsentrasi bahan aktif cukup tinggi. Jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair)
Perlu
Ada

SCW atau WSC

Soluble Concentrate in Water (SCW)
Water Soluble Concentrate (WSC)
Formulasi dalam bentuk pekatan cair dengan konsentrasi bahan aktif cukup tinggi. Jika dicampur dengan air akan membentuk larutan homogen

Perlu

Ada

WP

WettablePowder
Formulasi dalam bentuk tepung yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi

Perlu

Ada

atau SP

Soluble (S)
Soluble Powder (SP)
Formulasi dalam bentuk tepung yang jika dicampur dengan air akan menghasilkan larutan homogen

Tidak

Kadang – Kadang Ada

G

Granule (G)
Formulasi berbentuk butiran siap pakai dengan konsentrasi rendah

-

-

WG atau WDG

Water Granule (WG)
Water Dispersible Granule (WDG)
Formulasi berbentuk butiran yang harus diencerkan dengan air

Perlu

Ada




Sumber:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. Pestisida.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45191/4/Chapter%20II.pdf