Minggu, 24 Desember 2017

PENGELOLAAN PADI SAWAH DI LAHAN CETAKAN / BUKAAN BARU


Penyusutan lahan sawah produktif dari tahun ke tahun terus meningkat dan semakin tidak terkendali. Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Sintang tempat saya berdomisili. Biasanya lahan sawah dialih fungsikan menjadi lahan kebun karet atau sawit serta menjadi perumahan. 
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah berupaya mencetak sawah baru. Dukungan perluasan lahan sawah diharapkan membantu petani dalam penyediaan lahan sawah dan dapat dikelola secara berkelanjutan. Sawah bukaan baru di tempat saya merupakan lahan gambut dengan vegetasi hutan sehingga merupakan kerja berat untuk mewujudkan menjadi sawah yang layak ditanami dan mempunyai tingkat produktifitas yang normal sebagaimana umumnya sawah yang sudah dikelola dengan baik.

Lahan Sawah Bukaan Baru Masih Banyak Tunggul Pohon

PERMASALAHAN LAHAN SAWAH BUKAAN BARU
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa sawah bukaan baru memerlukan waktu yang sangat panjang agar dapat berproduksi optimal. Tanpa pengelolaan yang tepat mengakibatkan hasil padi sangat rendah dan sawah bukaan baru akan   berproduksi   stabil   setelah 10-15 tahun. Keadaan ini akan berdampak kurangnya animo petani untuk berusahatani padi sawah di lahan bukaan baru.
Dalam pembukaan lahan sawah baru ini akan dihadapkan pada masalah yang sangat serius yaitu:
-       Keracunan besi (Fe) terhadap tanaman padi yang dapat menyebabkan gagal panen. Keracunan besi ini akan tetap muncul setiap musim tanam, jika lahan tidak dikelola sesuai dengan teknik pengelolaan yang tepat.

Penggenangan dapat meningkatkan kelarutan ion Fe menjadi 600 kali lipat dalam tempo 30 hari yang memunculkan masalah keracunan besi.
-        Tingkat kesuburan tanah yang rendah.

PENGELOLAAN DI LAHAN CETAKAN/BUKAAN BARU
 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Teknologi Lado-21 dapat mengatasi permasalahan di lahan sawah bukaan baru. Tetapi tidak semua bagian dari Teknologi tersebut dapat diterapkan di lahan bukaan baru. Berikut ini tahapan pengelolaan padi sawah di lahan bukaan baru:

1.     Pemilihan Varietas (Jenis) Padi Yang Cocok
-    Untuk memperkecil kemungkinan keracunan besi maka dipilih varietas padi yang lebih toleran/tahan. Walaupun pada kenyataannya tidak ada varietas yang tahan terhadap cekaman zat besi (Fe) yang tinggi.

-     Varietas yang agak tahan yg sudah beredar di Kabupaten Sintang contohnya: Cibogo, Inpara 2,3,6,7, Lambur,  dan varietas padi lokal.

-       Yang pernah dicobakan di pulau Sumatera yaitu varietas Batang Piaman, Batang Lembang, IR 66, IR64, Punggur, Sintanur dan Ciujung.

2. Pengolahan Tanah dan Cara Tanam
-     Umumnya pengolahan tanah dengan menggunakan traktor pada sawah bukaan baru di Kabupaten Sintang belum semua bisa dilakukan, mengingat masih banyak tunggul kayu. Jika bisa dibajak maka lahan dibajak satu kali dan dihaluskan sampai melumpur.
-   Jika masih banyak tunggul kayunya dapat dilakukan dengan Tanpa Olah Tanah (TOT), yaitu lahan dibersihkan dari rumput dengan menggunakan herbisida.
-     Cara tanam padi (baiknya gunakan metode legowo) :
a.       Tanam pindah (Tapin) dimana benih disemai terlebih dahulu kemudian bibit ditanam dilahan.

MENANAM BIBIT PADI SISTEM LEGOWO DI LAHAN BUKAAN BARU

b.       Tanam Benih Langsung (TABELA)
Ø  TABELA dapat dilakukan dengan cara sebar langsung, cicil dan larikan atau menggunakan alat tabela (Atabela). Benih padi terlebuh dahulu direndam 2 hari, 1 hari di peram dalam karung.
Ø  Jika masih banyak tunggul kayu dapat menggunakan tali untuk menandai baris tanaman.

TALI UNTUK  MENANDAI BARIS TANAM SISTEM LEGOWO

Ø  Tanam cicil memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding cara tanam sebar langsung maupun tanam pindah. Tanam cicil bisa menggunakan 3-5 biji/lubang tanam. 




TABELA SISTEM CICIL



3. Sistem Pengelolaan Air
-        Pengelolaan air merupakan komponen teknologi yang paling menentukan dalam mengendalikan keracunan besi.
-    Jika air pada sawah dapat diatur maka pengaturan air dilakukan dengan cara menjaga lahan dalam keadaan lembab (kapasitas lapangan) pada fase awal pertumbuhan tanaman. Keadaaan lembab membuat perkembangan perakaran akan lebih sempurna dan penyerapan hara akan lebih tinggi sehingga pada fase berikutnya tanaman akan tahan/toleran terhadap cekaman kelarutan besi (Fe) yang tinggi.
-     Penggenangan dimulai paling cepat setelah tanaman berumur 21 hari dengan ketinggian air 5-7 cm sampai berumur 45-50 hari. Selanjutnya dikeringkan kembali selama 7-10 hari sehingga petakan dalam keadaan kapasitas lapangan. Keadaan demikian akan mempercepat turunnya kadar besi (Fe) dalam tanah sehingga tidak lagi menimbulkan keracunan. Pengeringan dilakukan dengan cara menutup pintu air masuk dan lahan dibiarkan kering dengan sendirinya dan bukan dengan cara pencucian atau membuang air ke luar petakan sawah. Umur 55 hari lahan kembali digenangi sampai 15 hari menjelang panen.
-        Jika tidak ada hujan, maka lahan dapat digenangi selama 12 jam dan dibiarkan kembali kering dengan sendirinya.

4.  Pemupukan
-    Keracunan besi (Fe )  dapat dikurangi salah satunya dengan penambahan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) dan asam humat.
-    Seluruh jerami pada setiap musim tanam dikembalikan ke lahan baik dalam bentuk segar atau dalam bentuk kompos dan tidak boleh dibakar.
-       Lahan dapat diberi kapur DolomitE dengan takaran 300-500 kg/Hektar/Musim Tanam.
-    Pemberian pupuk lebih diutamakan yang mengandung unsur P dan K. Tidak dianjurkan menggunakan pupuk Urea. 

5. Pengendalian OPT
-       Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan konsep penerapan PHT. Bila serangan sudah berada di atas ambang ekonomi maka dilakukan pengendalian dengan pestisida ramah lingkungan.
-      Penyiangan gulma/rumput dilakukan sesuai dengan keadaan pertumbuhan gulma di lapangan.


Sumber
-   www.sumbar.litbang.pertanian.go.id. Rifda Roswita & Ismon Lenin. Lado 21: Mengatasi Sawah Bukaan Baru. 2010.

-   www.kalsel.litbang.pertanian.go.id. Ida Noor & Khairudin. Keracunan Besi Pada Padi: Aspek Ekologi dan Fisiologi-Agronomi. 2013