Penyusutan lahan sawah produktif dari tahun ke
tahun terus meningkat dan semakin tidak terkendali. Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Sintang tempat saya berdomisili. Biasanya lahan sawah dialih fungsikan menjadi lahan kebun karet atau sawit serta menjadi perumahan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah berupaya mencetak
sawah baru. Dukungan perluasan lahan sawah diharapkan membantu petani dalam
penyediaan lahan sawah dan dapat dikelola secara berkelanjutan. Sawah bukaan baru di tempat saya merupakan lahan gambut dengan vegetasi hutan sehingga merupakan kerja berat untuk mewujudkan menjadi sawah yang layak ditanami dan mempunyai tingkat produktifitas yang normal sebagaimana umumnya sawah yang sudah dikelola dengan baik.
Lahan Sawah Bukaan Baru Masih Banyak Tunggul Pohon |
PERMASALAHAN LAHAN SAWAH BUKAAN
BARU
Pengalaman
selama ini menunjukkan bahwa sawah bukaan baru memerlukan waktu yang sangat
panjang agar dapat berproduksi optimal. Tanpa pengelolaan yang tepat
mengakibatkan hasil padi sangat rendah dan sawah bukaan baru akan berproduksi stabil setelah 10-15 tahun. Keadaan ini akan
berdampak kurangnya animo petani untuk berusahatani padi sawah di lahan bukaan
baru.
Dalam
pembukaan lahan sawah baru ini akan dihadapkan pada masalah yang sangat serius
yaitu:
- Keracunan besi (Fe) terhadap tanaman padi yang dapat
menyebabkan gagal panen. Keracunan besi ini akan tetap muncul setiap
musim tanam, jika lahan tidak dikelola sesuai dengan teknik pengelolaan yang
tepat.
Penggenangan dapat meningkatkan kelarutan ion Fe menjadi 600 kali lipat dalam tempo 30 hari yang memunculkan masalah keracunan besi.
- Tingkat
kesuburan tanah yang rendah.
PENGELOLAAN DI LAHAN
CETAKAN/BUKAAN BARU
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Teknologi
Lado-21 dapat mengatasi permasalahan di lahan sawah bukaan baru. Tetapi tidak
semua bagian dari Teknologi tersebut dapat diterapkan di lahan bukaan baru.
Berikut ini tahapan pengelolaan padi sawah di lahan bukaan baru:
1. Pemilihan Varietas (Jenis) Padi Yang Cocok
- Untuk memperkecil
kemungkinan keracunan besi maka dipilih varietas padi yang lebih toleran/tahan.
Walaupun pada kenyataannya tidak ada varietas yang tahan terhadap cekaman zat
besi (Fe) yang tinggi.
- Varietas yang agak tahan yg sudah beredar di Kabupaten Sintang contohnya: Cibogo, Inpara
2,3,6,7, Lambur, dan varietas padi lokal.
- Yang pernah dicobakan di pulau Sumatera yaitu varietas Batang Piaman, Batang Lembang, IR 66, IR64, Punggur, Sintanur dan Ciujung.
2. Pengolahan Tanah dan Cara Tanam
- Umumnya
pengolahan tanah dengan menggunakan traktor pada sawah bukaan baru di Kabupaten
Sintang belum semua bisa dilakukan, mengingat masih banyak tunggul kayu. Jika
bisa dibajak maka lahan dibajak satu kali dan dihaluskan sampai
melumpur.
- Jika masih
banyak tunggul kayunya dapat dilakukan dengan Tanpa Olah Tanah (TOT), yaitu
lahan dibersihkan dari rumput dengan menggunakan herbisida.
- Cara tanam
padi (baiknya gunakan metode legowo) :
a. Tanam pindah (Tapin) dimana benih disemai terlebih dahulu kemudian
bibit ditanam dilahan.
Ø
TABELA dapat dilakukan dengan cara sebar
langsung, cicil dan larikan atau menggunakan alat tabela (Atabela). Benih padi
terlebuh dahulu direndam 2 hari, 1 hari di peram dalam karung.
Ø Jika masih banyak tunggul kayu dapat menggunakan tali untuk menandai baris tanaman.
Ø Jika masih banyak tunggul kayu dapat menggunakan tali untuk menandai baris tanaman.
TALI UNTUK MENANDAI BARIS TANAM SISTEM LEGOWO |
Ø Tanam cicil memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding cara tanam sebar langsung maupun tanam pindah. Tanam cicil bisa menggunakan 3-5 biji/lubang tanam.
TABELA SISTEM CICIL |
3. Sistem Pengelolaan Air
-
Pengelolaan air merupakan komponen teknologi
yang paling menentukan dalam mengendalikan keracunan besi.
- Jika air pada sawah dapat diatur maka pengaturan
air dilakukan dengan cara menjaga lahan dalam keadaan lembab (kapasitas
lapangan) pada fase awal pertumbuhan tanaman. Keadaaan lembab membuat perkembangan perakaran akan lebih sempurna
dan penyerapan hara akan lebih tinggi sehingga pada fase berikutnya tanaman
akan tahan/toleran terhadap cekaman kelarutan besi (Fe) yang tinggi.
- Penggenangan dimulai paling cepat setelah
tanaman berumur 21 hari dengan ketinggian air 5-7 cm sampai berumur 45-50 hari.
Selanjutnya dikeringkan kembali selama 7-10 hari sehingga petakan dalam keadaan
kapasitas lapangan. Keadaan demikian akan mempercepat turunnya kadar besi (Fe)
dalam tanah sehingga tidak lagi menimbulkan keracunan. Pengeringan dilakukan
dengan cara menutup pintu air masuk dan lahan dibiarkan kering dengan
sendirinya dan bukan dengan cara pencucian atau membuang air ke luar petakan
sawah. Umur 55 hari lahan kembali digenangi sampai 15 hari menjelang panen.
-
Jika tidak ada hujan, maka lahan dapat
digenangi selama 12 jam dan dibiarkan kembali kering dengan sendirinya.
4. Pemupukan
- Keracunan
besi (Fe ) dapat dikurangi salah satunya
dengan penambahan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) dan asam humat.
- Seluruh jerami pada setiap musim tanam
dikembalikan ke lahan baik dalam bentuk segar atau dalam bentuk kompos dan
tidak boleh dibakar.
- Lahan dapat diberi kapur DolomitE dengan takaran
300-500 kg/Hektar/Musim Tanam.
- Pemberian pupuk lebih diutamakan yang
mengandung unsur P dan K. Tidak dianjurkan menggunakan pupuk Urea.
5. Pengendalian OPT
- Pengendalian hama dan penyakit tanaman
dilakukan dengan konsep penerapan PHT. Bila serangan sudah berada di atas
ambang ekonomi maka dilakukan pengendalian dengan pestisida ramah lingkungan.
- Penyiangan gulma/rumput dilakukan sesuai dengan
keadaan pertumbuhan gulma di lapangan.
Sumber
- www.sumbar.litbang.pertanian.go.id. Rifda Roswita & Ismon Lenin. Lado 21: Mengatasi Sawah Bukaan Baru. 2010.
- www.kalsel.litbang.pertanian.go.id. Ida Noor &
Khairudin. Keracunan Besi Pada Padi:
Aspek Ekologi dan Fisiologi-Agronomi. 2013
sawah adalah sumber makanan Indonesia, pangan negara kita sangat tergantung dari saawh
BalasHapuscara kredit kur BNI
Cara daftar Stroomnet PLN
Warnet Game Online
damai indonesiaku, maju Indonesiaku
Salam admin warnetgea