Minggu, 24 September 2017

PENGENDALIAN PENYAKIT KRESEK DAN HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI

Penyakit hawar daun bakteri merupakan salah satu penyakit utama tanaman padi.  Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo).  Patogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. 

Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi melalui hidatoda pada tepi daun, luka pada daun, akar yang putus  atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis yang apabila terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati dan pada tanaman fase generatif mengakibatkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.

SUMBER DAN PENYEBARAN PENULARAN 
Sumber penularan bakteri ini adalah benih, jerami, anakan padi yang terinfeksi dan gulma yang menjadi inang.

Penyebarannya melalui angin kencang, embun, air hujan dan air irigasi. Pada awal pagi hari terdapat lendir yang kemudian mengeras menjadi butiran kecil pada permukaan daun yang terinfeksi.Permukaan daun yang lembab melarutkan butiran - butiran tersebut sehingga sel - sel bakteri dapat menyebar dengan bebas.


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT 

  1. Faktor lingkungan; Yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Penggenangan sawah yang terus menerus juga dapat memicu perkembangannya.
  2. Pemupukan yang tidak berimbang; Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri.


GEJALA DAN DAMPAK PENYAKIT 

  1. GEJALA KRESEK; Terjadi bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati. Infeksi sistematik pada bibit dapat mengakibatkan seluruh daun atau tanaman mejadi layu kering.
  2. GEJALA HAWAR (BLIGHT); Terjadi bila serangan pada tanaman dewasa.
  3. Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun mula - mula bernoda
    seperti garis -garis basah yang kemudian meluas dan berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering. Kematian  jaringan daun ini dimulai pada satu atau kedua tepi helai daun, selanjutnya meluas keseluruh permukaan daun. Pada varietas yang rentan, kematian dapat terjadi sampai pelepah daun, apalagi jika tanaman dipupuk dengan N  dengan dosis tinggi. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.
                            



PENGENDALIAN PENYAKIT 
Pengendalian akan lebih berhasil jika dilakukan secara terpadu (PHT) yaitu dengan menggabungkan beberapa cara berikut ini.
  1. Menanam varietas padi yang tahan. Ini merupakan  cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan. Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkab varietas tahan disuatu saat tetapi rentan di saat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Sehubungan dengan sifat -sifat yang demikian ini maka pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) menjadi sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut. Mengingat tahan terhadap patotipe tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap patotipe yang lain. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas yang tahan terhadap patotipe III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII .
  2. Gunakan benih dan bibit sehat yang bebas dari patogen penyakit; Karena penyakit ini dapat menginfeksi gabah, maka hati - hati dalam memilih benih. Sangat tidak dianjurkan menanam benih yang sudah terinfeksi. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Bibit yang sudah menunjukan gejala kresek sebaiknya tidak ditanam.
  3. Cara Tanam; Sistem legowo sangat dianjurkan karena pertanaman tidak terlalu lembab dan sirkulasi udara lebih lancar. Jarak tanam juga tidak boleh terlalu rapat. Jarak tanam yang rapat selain menguntungkan bagi perkembangan patogen, juga mempermudah infeksi dan penularan antar tanaman. Jika air dapat diatur, maka dilakukan pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen. 
  4. Pemupukan; Gunakan pupuk secara berimbang. Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Jadi jangan memupuk N dalam dosis yang tinggi. Pupuk Kalium (K) dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit ini.
  5. Sanitasi dan Pengomposan Jerami; Musnahkan sisa jerami, gulma dan inang lain yang berpenyakit karena patogen dapat bertahan. Jerami padi lebih baik dibuat kompos terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke lahan sawah, karena patogen yang terdapat dalam jerami akan mati akibat panas yang dihasilkan dalam proses dekomposisi jerami menjadi kompos .
  6. Cara Kimiawi Dengan Menggunakan Bakterisida. 


Sumber:

Ir. Idham Sakti Harahap,M.S dan DR. Budi Tjahjono, M.Agr. Seri Agritekno. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/45-pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bakteri


Minggu, 03 September 2017

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI

Penyakit blas sangat merugikan petani. Musim Tanam Rendengan lalu di desa wilayah kerja saya, banyak tanaman padi terserang penyakit ini yang dicurigai tertular dari benih yang didatangkan dari luar daerah. Karena di daerah saya baru pertama kali ini terjadi serangan penyakit blas ini, sehingga banyak petani yang tidak siap dan belum mengenali tentang penyakit tersebut serta terlambat dalam pengamatan yang menyebabkan kerugian cukup besar. 

Penyakit blas disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae (Pyricularia grisea). Padi yang rentan terserang penyakit ini jika:
  • Kondisi periode embun yang panjang;
  • Kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari berkisar 22 - 25°C;
  • Jarak tanam terlalu rapat sehingga kelembaban di sekitar tanaman menjadi tinggi dan suhu menjadi rendah serta aerasi yang tidak baik;
  • Tanaman yang dipupuk Nitrogen (N) terlalu berlebihan. Pengaruh N berlebihan ini terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabelitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si) sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi;
  • Menanam varietas yang tidak tahan/rentan blas;
  • Tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan.

BIOLOGI DAN EKOLOGI PENYAKIT BLAS
Cendawan ini mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat. 

Pada kondisi lingkungan yang mendukung, 1 siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap ditebarkan ke udara. Dari 1 bercak dapat menghasilkan ratusan bahkan ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama 20 hari.

Penyebaran spora dapat terjadi melalui benih dan angin. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapangan adalah jerami (sebaiknya jerami dikomposkan sehingga tidak menjadi sumber penyakit), inang lain seperti rumput dan terutama padi - padian (famili Graminae) yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan bagi musim tanam padi berikutnya.

GEJALA PENYAKIT BLAS
Penyakit blas dapat menyerang baik pada persemaian, dipertanaman pada fase vegetatif maupun fase generatif menjelang panen.

  • Blas Daun; Cendawan ini menginfeksi bagian daun dan pelepah daun dengan gejala bercak - bercak berbentuk belah ketupat. Warna bercak coklat dan pusat bercak berwarna kelabu agak keputih-putihan. Ukuran bercak bervariasi tergantung kondisi lingkungan, umur bercak dan kerentanan tanaman. Bila penyakit terjadi pada tanaman yang rentan dan kondisi lingkungannya lembab, maka bercak - bercak dapat meluas dan bersatu sehingga dapat mengakibatkan rusaknya sebagian besar daun.
  • Blas Leher; biasa juga disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa tengah), kecekik
    (jawa barat) dan di daerah saya petaninya menyebut potong leher. Gejalanya tangkai malai membusuk dan patah. Bila infeksi terjadi sebelum masa pengisian bulir padi, maka menyebabkan bulir hampa. Infeksi parah dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne). Sehingga gabah tidak boleh lagi dijadi benih. Penyakit blas leher sangat merugikan karena dapat menurunkan hasil bahkan bisa terjadi puso.

Serangan Berat Blas Leher 

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS
Pengendalian akan lebih berhasil jika dilakukan secara terpadu (PHT) yaitu dengan menggabungkan beberapa cara berikut ini.
  1. Menanam varietas padi yang tahan. Ini merupakan  cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan. Penggunaan varietas yang tahan dapat disesuaikan  dengan sebaran ras yang ada disuatu daerah. Beberapa varietas yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas antara lain Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, Inpago 8. Penggunaan varietas tahan pada daerah endimik blas jangan ditanam secara terus menerus dan monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas. Harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam di suatu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu ras.
  2. Gunakan benih sehat yang bebas dari patogen Blas; Karena blas dapat menginfeksi gabah, maka hati - hati dalam memilih benih. Sangat tidak dianjurkan menanam benih yang sudah terinfeksi. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Perlakuan benih juga diperlukan untuk menghindari penyakit yaitu dengan cara melakukan perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating) dengan fungisida anjuran seperti fungisida sistemik trisiklazole dengan dosis formulasi 3 - 5 gram/kg benih. Cara soaking yaitu dengan merendam benih selama 24 jam. Selama periode rendaman, larutan yang digunakan diaduk merata setiap 6 jam. Perbandingan berat biji dengan volume air 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter larutan fungisida). Setelah 24 jam, benih ditiris dan dikering anginkan dalam suhu kamar di atas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah disemai. Soaking ini dilakukan sebelum pemeraman benih. Cara coating yaitu benih direndam dalam air selama beberapa jam. Kemudian tiriskan hingga air tidak menetes lagi. Fungsida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih yang sudah ditiriskan dan dikocok merata. Kemudian benih dikeringkan dengan cara yang sama seperti cara soaking. Benih siap disemai.
  3. Cara Tanam; Sistem legowo sangat dianjurkan karena pertanaman tidak terlalu lembab dan sirkulasi udara lebih lancar. Jarak tanam juga tidak boleh terlalu rapat. Jarak tanam yang rapat selain menguntungkan bagi perkembangan patogen, juga mempermudah infeksi dan penularan antar tanaman. Jika air dapat diatur, maka dilakukan pengairan berselang (intermiten). 
  4. Pemupukan; Gunakan pupuk secara berimbang. Jangan memupuk N dalam dosis yang tinggi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pupuk Kalium (K) dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit blas.
  5. Sanitasi dan Pengomposan Jerami; Musnahkan sisa jerami dan inang lain yang berpenyakit karena patogen dapat bertahan. Jerami padi lebih baik dibuat kompos terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke lahan sawah, karena patogen yang terdapat dalam jerami akan mati akibat panas yang dihasilkan dalam proses dekomposisi jerami menjadi kompos .
  6. Cara Kimiawi Dengan Menggunakan Fungisida;  Perlakuan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan fungisida pada tanaman. Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% efektif menekan perkembangan cendawan  Pyricularia oryzae (Pyricularia grisea). Penyemprotan sebaiknya dilakukan 2 kali yaitu saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.
       Tabel. Fungisida Untuk Pengendalian Penyakit Blas 
Bahan Aktif
Nama Dagang
Dosis Formulasi /aplikasi
Volume Semprot 
/ha
Isoprotiolan
Fujiwan 400 EC
1 lt
400-500 lt
Trisiklazole
Dennis 75WP, Blas 200SC, Filia 252 SE
1 lt / kg
400-500 lt
Kasugamycin
Kasumiron 25 WP
1 kg
400-500 lt
Thiophanate methyl
Tyopsin 70WP
1 kg
400-500 lt


Secara ringkas tindakan pengendalian yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat;
  2. Gunakan benih sehat;
  3. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 30 hari setelah sebar;
  4. Jerami dibuat kompos agar patogen blas mati;
  5. Hindari tanam padi terlambat dari tanaman petani di sekitarnya (tanam serempak);
  6. Hindarkan jarak tanam rapat dan gunakanlah sistem jajar legowo;
  7. Hindarkan penggunaan pupuk N diatas dosis anjuran dan pemberian pupuk K;
  8. Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus menerus sepanjang tahun;
  9. Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa rerumputan dan sisa jerami yang tidak dikomposkan;
  10. Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik.

Sumber:
Ir. Idham Sakti Harahap,M.S dan DR. Budi Tjahjono, M.Agr. Seri Agritekno. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/240-penyakit-blas-pada-tanaman-padi-dan-cara-pengendaliannya