Selasa, 08 April 2014

PENGGUNAAN PESTISIDA ANORGANIK DALAM PENGENDALIAN HAMA/PENYAKIT TANAMAN


Menurut saya materi kali ini sangat penting diketahui bagi semua orang yang bersentuhan dengan dunia pertanian. Sangat sering dijumpai penggunaan pestisida anorganik oleh petani dilakukan secara tidak bijaksana serta dalam pengaplikasiannya tidak memperhatikan faktor-faktor keselamatan diri.  

Penggunaan pestisida dalam pengendalian harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.         Gunakan pestisida bila populasi/jumlahnya telah mencapai tingkat kerusakan/ambang ekonomi;
2.         Gunakan pestisida yang berdaya bunuh selektif dengan konsentrasi dosis/takaran yang tepat;
3.         Gunakan pestisida yang residunya pendek dan mudah terurai oleh faktor lingkungan;
4.         Gunakan pestisida pada saat hama berada pada titik terlemah;
5.      Gunakan pestisida bila cara pengendalian lain sudah tidak efektif / ampuh dan efiisien lagi atau dengan kata lain cara pengendalian lain tidak berhasil.

Dalam penggunaan pestisida juga harus memperhati 5 T yaitu:
  1. Tepat Jenis
  2. Tepat Sasaran
  3. Tepat Dosis
  4. Tepat Cara aplikasi
  5. Tepat waktu aplikasi

Tahapan memilih pestisida yang akan digunakan untuk mengendalikan hama :
1.         Pastikan jenis hama yang menyerang tanaman dengan memperhatikan gejala serangan, bagian tanaman yang diserang (daun, batang, buah atau akar). Bila ragu bawa contoh bagian tanaman yang terserang beserta hamanya jika memungkinkan untuk ditanyakan kepada yang mengetahui;
2.         Cari informasi pestisida apa yang cocok untuk pengendalian hama yang menyerang tanaman;
3.       Pilih bentuk (formulasi) pestisida yang akan digunakan apakah cairan, butiran (granular) atau tepung. Jika dilihat dari pelayangan di udara maka bentuk butiran paling sedikit kemungkinannya untuk melayang di udara. Pestisida berbentuk cairan lebih kecil bahaya pelayangan di udara dibanding berbentuk tepung. Jika petani memiliki alat semprot lebih tepat memilih pestisida berbentuk cairan EC, WP atau SP. Jika tidak punya maka pestisida yang dipilih berbentuk butiran;
4.         Pilih pestisida dalam kemasan kecil yang isinya dapat habis dalam sekali pakai guna mengurangi bahaya keracunan selama penyimpanan.
Sebelum menggunakan pestisida perhatikan label/tulisan pada kemasan, brosur atau leaflet. Gunakan pestisida sesuai dosis yang dianjurkan dalam kemasan, jangan melebihi dosis. Biasanya pada kemasan terdapat lambang-lambang tertentu (piktogram / diagram gambar) yang sangat berguna agar petani yang menggunakan lebih waspada. Gambar tersebut adalah sbb:



Cara insektisida membunuh serangga hama yaitu:
1.         Meracuni lambung bila insektisida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakan.
2.   Insektisida kontak akan masuk tubuh hama serangga melalui kulit (kutikula). Jadi harus langsung bersentuhan dengan hama yang disemprot.
3.        Insektisida masuk melalui pernapasan. Seperti insektisida untuk mengatasi hama gudang.

Dalam melakukan penyemprotan pestisida perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.       Pilih volume / isi tabung alat semprotan sesuai dengan luas areal yang akan disemprot. Jika arealnya luas tabung alat semprotan kecil akan kurang tepat karena petani harus sering mengisinya;
2.       Gunakan alat pengaman (masker penutup hidung dan mulut, baju lengan panjang, sarung tangan, sepatu boot dan jaket;
3.   Penyemprotan yang tepat untuk golongan serangga sebaiknya saat stadium larva (ulat) dan nimfa (serangga muda/anak) atau masih berupa telur. Serangga dalam stadium pupa dan imago (serangga dewasa) umumnya kurang peka terhadap insektisida;
4.       waktu yang baik dilakukan penyemprotan hama adalah waktu terjadi aliran udara naik yaitu jam 08.00 – 11.00 WIB (pagi hari) atau sore hari jam 3 – 6 sore. Jika terlalu pagi atau sore  mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering dan mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan. Terlalu pagi daun masih berembun sehingga pestisida yang disemprot tidak dapat merata. Jika matahari terlalu terik akan mengakibatkan pestisida mudah menguap.
5.       Jangan melakukan saat angin kencang karena banyak pestisida tidak mengenai sasaran;
6.       Jangan menyemprot melawan arah angin karena bisa mengenai orang yang menyemprot
7.       Penyemprotan yang dilakukan saat hujan akan membuang tenaga dan biaya sia-sia;
8.       Jangan makan, minum dan merokok pada saat menyemprot;
9.       Alat semprot harus segera dibersihkan setelah digunakan. Air bekas cucian jangan dibuang ke sungai atau sumber air lainya;
10.   Segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang digunakan segera cuci.

Jika terjadi keracunan pestisida dengan gejala tubuh terasa kurang enak, misalnya pusing, mual, kulit panas, gatal, mata berkunang-kunang segera hentikan kegiatan menyemprot. Juga apabila beberapa jam setelah menyemprot pestisida tubuh terasa lemas, sulit tidur, gangguan perut, berkeringat tidak wajar, gugup dan sebagainya. Langkah-langkah yang diambil yaitu:
1.       Bila pestisida masuk mulut dan penderita sadar;
a.      Muntahkan penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorokan dengan jari atau alat lain yang bersih atau memberi air hangat yang dicampur 1 sendok makan garam. Pemuntahan dilakukan secara terus menerus sampai keluar cairan jernih. Usahakan muntahan tidak masuk ke paru-paru dengan cara posisi kepala lebih rendah dan menghadap ke bawah;
b.       Jangan beri susu atau minuman dan makan yang berlemak bila teracuni golongan klorhidrokarbon;
c.       Beri susu atau putih telur dalam air bila tertelan bahan korosif. Bila keduanya tidak ada dapat diberi air putih;
d.   Bila penderita kejang jangan dilakukan pemuntahan. Baringkan dan beri bantal di bawah kepala penderita. Buka kancing baju di sekitar leher agar pernapasan lancar.

2.       Bila pestisida terhisap
a.       Bawa ke tempat terbuka dan berudara segar bila penderita mengisap debu, bubuk, uap atau butiran-butiran semprotan;
b.       Longgarkan pakaian dan baringkan dengan dagu terangkat agar bernafas bebas;
c.       Gerakan tangannya naik turun agar penderita bisa menghirup udara segar secara maksimal;
d.      Hubungi segera petugas kesehatan.

3.       Bila mengenai mata;
Segera cuci mata dengan air bersih yang banyak secara terus menerus selama 15 menit. Tutup mata dengan kapas bersih.

4.       Bila tertelan dan penderita tidak sadar;
a.   Usahakan saluran pernapasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan bersihkan mulut dan air liur, lendir, sisa makanan dan lepaskan gigi palsu jika ada;
b.      Baringkan penderita dengan posisi tengkurap dan kepala menghadap ke samping;
c.      Bila penderita berhenti bernapas lakukan pernapasan buatan, namun bukan pernapasan dari mulut ke mulut agar penolong tidak ikut keracunan;
d.      Bawa ke balai pengobatan terdekat.

5.       Bila penderita kejang;
      Longgarkan pakaian di sekitar leher, taruh bantal di bawah kepala, lepaskan gigi palsu jika ada. Berikan ganjal antara gigi agar lidah dan bibir tidak tergigit.

6.       Bila mengenai kulit.
a.       Bersihkan kulit yang terkena dengan air mengalir dan sabun sampai bersih;
b.      Jangan oleskan bahan apapun ke kulit yang terkena, terlebih yang mengandung minyak.

Penggunaan pestisida nabati lebih dianjurkan karena lebih ramah lingkungan dan aman.


Selasa, 01 April 2014

PENGENDALIAN HAMA PADI WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg)



Hama ini hanya penting pada fase masak susu pada bulir padi. Biasanya kehilangan hasil tidak terlalu besar, tetapi jika penanaman tidak serempak maka tanaman yang dipanen terakhir akan mendapat serangan yang terberat mencapai 20 – 60 %.



Walang sangit dapat menyerang padi sawah maupun padi ladang. Faktor yang mendukung peningkatan populasi hama ini adalah:
-               Terdapat hutan dekat ladang/sawah;
-              Populasi / jumlah tumbuhan pengganggu (gulma) di sekitar sawah cukup tinggi;
-                 Penanaman yang tidak serempak pada satu hamparan sawah.

Gejala Serangan:
-          Walang sangit muda (nimfa) dan yang dewasa (imago) menghisap bulir padi pada fase/waktu masak susu.
-   Juga dapat menghisap cairan batang padi. Walang sangitkelompok%20telur%20walang%20sangit_0002 tidak melubangi bulir padi pada waktu menghisap tetapi hanya menusuk saja.
-     Nimfa lebih aktif dari imago, tetapi imago merusak lebih hebat karena hidupnya lebih lama.
-    Hilangnya cairan biji menyebabkan bulir padi menjadi mengecil tetapi jarang menjadi hampa karena hama ini tidak dapat mengosongkan seluruh isi bulir padi yang sedang tumbuh.
-    Dalam keadaan tidak ada bulir padi masak susu, hama ini dapat memakan bulir yang sudah mulai mengeras yang menyebabkan biji berubah warna dan rapuh, sehingga dalam proses penggilingan menjadi beras maka banyak beras yang patah.

Cara Pengendalian:

a.  BUDIDAYA / KULTUR TEKNIK
-  Melakukan tanam serempak pada suatu daerah luas sehingga makanan yang cocok bagi walang sangit akan serentak panen dan walang sangit tidak sempat berkembang
-  Membersihkan ladang/sawah dari gulma (tumbuhan pengganggu) yang bisa menjadi inang walang sangit.

b. FISIK DAN MEKANIK
-   Menggunakan perangkap serangga, seperti perangkap umpan berupa bangkai hewan seperti kodok, kepiting, udang dll yang dilakukan pada pagi dan sore hari pada saat walang sangit aktif.

c.  HAYATI / ALAMI
-    Contoh musuh alami walang sangit yaitu pemangsa berupa belalang predator seperti belalang sembah dan laba-laba yang dapat memangsa walang sangit dewasa (imago).

d.  KIMIAWI
-   Penggunaan insektisida dilakukan apabila cara-cara lain tidak mungkin lagi dan populasi/jumlah walang sangit sudah berada ambang ekonomi yaitu terdapat 2 ekor per meter persegi (2 ekor per 16 rumpun) berdasarkan pengamatan pada padi berbunga serempak sampai masak susu .
­-    Insektisida yang digunakan antara lain yaitu: Bassa 500 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 500 EC, Dharmafur 3 G, Marshal 200 EC, Mipcin 50 WP, Unden 50 WP, Kiltop 50 EC, Marcis 25 EC, Pentatrin 20 EC, Baycarb 500 EC, Imbas 500 EC, Indobas 500 EC, Mikarb 50 WP, Mipcin 50 WP.