Jumat, 04 Maret 2022

KEBIJAKAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU


A.    LATAR BELAKANG
Pengendalian hama pada tanaman merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usaha tani. Secara umum hama diartikan sebagai semua organisme penggganggu tanaman yang merugikan manusia. Petani masih menganggap bahwa pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan menggunakan pestisida.
Dampak negatif (kerugian) penggunaan pestisida dalam mengendalikan hama tanaman antara lain sebagai berikut:
  1. Meningkatnya kekebalan hama terhadap daya bunuh insektisida akibat dari penggunaan pestisida berbahan aktif yang sama secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat
  2. Memungkinkan timbulnya ledakan hama dengan intesitas serangan yang lebih besar dibanding sebelum disemprot dengan insektisida. Hal ini dikarenakan penggunaan insektisida yang berlebihan sehingga mematikan musuh – musuh alami serangga;
  3. Timbulnya hama sekunder. Hal ini dapat terjadi bila binatang pemakan tumbuh-tumbuhan yang pada mulanya bukan merupakan hama telah berkembang cepat hingga pada tingkat merusak tanaman. Ledakan ini juga diakibatkan oleh terbunuhnya musuh alami hama 
  4. Menimbulkan polusi/pencemaran  lingkungan berupa tercemarnya air tanah, udara oleh racun yang terdapat dalam pestisida;
  5. Dapat mencemari hasil pertanian dan peternakan sehingga hasil-hasil pertanian dan peternakan mengandung racun pestida;
  6. Menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Racun yang terdapat dalam insektisida dapat menimbulkan gangguan kesehatan baik secara langsung maupun dalam jangka waktu yang panjang. Dilaporkan bahwa racun dari pestisida dapat mengakibatkan gangguan syaraf, kanker, gangguan reproduksi dan keracunan pada umumnya. Racun yang terkandung dalam pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan hasil pertanian dan peternakan yang tercemar pestisida, air yang tercemar, ataupun dari udara yang dihembuskan dari daerah pertanian yang melakukan penyemprotan hama.
Untuk kasus keracunan akibat penggunaan pestisida lebih dari 400.000 kasus dilaporkan per tahunnya dimana 1,5 % diantaranya berakibat fatal.

Melihat kerugian yang ditimbulkan dengan penggunaan pestisida yang tidak bijaksana, maka lahirlah KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) yang sudah menjadi program nasional sejak tahun 1979.

B.    PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pada dasarnya PHT adalah pengendalian populasi/jumlah hama agar tetap berada di bawah satu tingkatan atau kerugian ekonomi. Pengertian dan prinsip-prinsip dasar PHT adalah sebagai berikut:
  1. Pengendalian hama bukan berupaya untuk membunuh habis populasi hama, melainkan mengendalikan hingga populasi/jumlah di bawah ambang ekonomi. Ambang ekonomi adalah suatu tingkat dimana populasi/jumlah hama dapat melakukan kerusakan yang merugikan secara ekonomi’.
Untuk mengetahui ambang ekonomi tersebut petani perlu melakukan pemantauan secara terus menerus pada tanaman. Bila diperlukan diambil contoh tanaman secara acak. Kemudian jumlah hama yang ada pada tanaman dihitung.
  1.   Konsep dasar pengendalian hama tanaman adalah :
a.       Mengurangi sumber hama dan penyakit dengan memanipulasi ekosistem;
b.       Mengintegrasikan/memadukan cara-cara pemberantasan yang cocok/sesuai
c.        Menerapkan analisis ongkos dan keuntungan.
  1. Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir bila benar-benar diperlukan dan penggunaannya harus berdaya bunuh selektif dan yang aman bagi kelestarian lingkungan.
  2. Penggunaan cara-cara  pengendalian hama dengan memadukan semua teknik/cara pengendalian.

C.    TAHAPAN PELAKSANAAN PHT
Tahapan pelaksanaan PHT terdiri dari :
1.     Pengendalian Kultur Teknik
Pengendalian ini juga disebut dengan pengendalian secara bercocok tanam. Pada dasarnya cara pengendalian ini membuat tanaman sehat agar mampu menahan serangan hama. Pengendalian ini mengupayakan budidaya dengan menciptakan lingkungan yang tidak disukai bagi perkembangan hama, tetapi pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

Cara pengendalian secara bercocok tanam ini adalah sebagai berikut:
a.       POLA TANAM
Terdiri dari waktu tanam yang tepat dan serempak pada beberapa jenis budidaya tanaman seperti padi, sistim sorjan dan tumpang sari.
b.       PERGILIRAN TANAMAN
Penanaman 1 jenis tanaman secara terus menerus sepanjang tahun memberikan kesempatan hama untuk terus berkembang. Contohnya untuk mengatasi hama wereng pada padi dapat dilakukan dengan mengganti tanaman padi sementara untuk digilir menanam kacang-kacangan dan ubi jalar. Pola tanam tersebut bisa PADI – PADI – PALAWIAJA atau PADI – PALAWIJA – PADI.
c.       PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah mampu membinasakan hama-hama seperti penggerek padi, wereng, virus. Caranya dengan membenamkan sisa tanaman padi kedalam tanah pada waktu dilakukan pengolahan.
d.       PENGELOLAAN AIR
Pengelolaan air yang tepat mampu membantu mengendalian beberapa jenis hama. Misalnya dengan mengeringkan sawah dan mencadangkan air pada tingkat tanaman masak dapat mencegah meluasnya serengan wereng coklat ke sawah yang letaknya berdekatan.
e.       SANITASI (PEMBERSIHAN LAHAN)
Lahan yang bersih total tidak selalu dibenarkan. Contohnya gulma/tumbuhan pengganggu (rumput dll) diantara tanaman utama perlu dibersihkan agar menghambat perkembangan hama seperti persembunyian tikus sekaligus untuk menghilangkan persaingan tanaman untuk mendapatkan unsur hara/makanan dan air dari tanah.
Namun gulma di galangan dan tanah yang tidak digarap tidak perlu dibersihkan dengan tujuan untuk melindungi kehidupan musuh-musuh alami hama.
Salah satu tindakan pembersihan lahan yang salah yaitu dengan membakar lahan pertanian. Beberapa hama memang musnah dalam pembakaran, namun juga mengakibatkan unsur hara/makanan akan hanyut ke bawah dan organisme yang berperan penting dalam proses pembusukan juga ikut musnah.
f.         PEMANGKASAN
Tanaman yang terlalu rimbun sering digunakan sebagai sarang hama. Pemangkasan dapat dilakukan untuk mengendalikannya.
g.       PENGATURAN WAKTU TANAM/PENANAMAN SEREMPAK
Penanaman jenis dan varietas tertentu secara serempak pada areal yang luas, minimal 100 hektar dapat mengurangi serangan hama seperti tikus. Dengan cara ini serangan hama tidak terpusat pada satu petak saja. Pemanenan yang serempak juga mengakibatkan sumber makanan/pakan hama hilang sama sekali.
h.       PENGGUNAAN TANAMAN PERANGKAP
Keberhasilan cara ini tidak dapat dipastikan karena banyak faktor luar yang mempengaruhinya. Cara pengendaliannya dengan menanam tanaman lain selain tanaman utama dengan harapan hama yang menyerang tanaman utama dapat dikurangi.
i.         PENGGUNAAN MULSA/PENUTUP TANAH
Mulsa terbukti dapat menekan pertumbuhan gulma/tumbuhan pengganggu (rumput dll), mengawetkan kesuburan tanah serta mengurangi serangan hama seperti lalat bibit (Ophionyia phaseoli) yang menyerang tanaman kedelai.
j.         PEMUPUKAN BERIMBANG
Pengalaman membuktikan bahwa penggunaan pupuk yang menyangkut dosis, jenis dan waktu penggunaan yang tidak benar justru menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit. Untuk itu sangat dianjurkan melakukan pemupukan berimbang dengan dosis dan waktu yang tepat.
Contohnya hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemupukan Nitrogen (seperti urea, ZA dll) yang berlebihan pada tanaman padi akan meningkatkan keparahan penyakit oleh bakteri (seperti hawar pelepah daun dan busuk batang).
Pemupukan yang dikombinasikan dengan pemupukan Kalium (seperti KCl dll) malah berdampak sebaliknya yaitu dapat menekan beberapa penyakit jamur dan bakteri.

2.     Penggunaan Varietas Tahan
Beberapa contoh varietas tahan hama sebagai berikut:
a.       Tanaman Padi berupa varietas :
-       PB 68                     :       tahan terhadap serangan wereng biotipe 1  dan 2, blas dan tungro

3.     Pengendalian Hayati / Biologis
Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan cara biologi yaitu dengan memanfaatkan musuh alami yang berupa parasitoid dan predator (pemangsa) serta patogen : jamur, bakteri, virus, nematoda dan hewan vertebrata (bertulang belakang).
Berikut ini contoh musuh alami yang telah terbukti sangat efektif/ampuh dalam pengendalian hayati:
-           Ular sawah (Phyton sp) memangsa tikus sawah
-           Burung hantu (Tyto alba) memangsa hama tikus di perkebunan sawit
-           Metarrhizium sp merupakan patogen larva/ulat Helicoverpa armygerayang menyerang kedelai
-           Semut merupakan pemangsa larva/ulat
-    Katak, kadal, sarang laba-laba, belalang sembah, capung dll merupakan contoh predator/pemangsa serangga hama.

Keuntungan dari cara pengendalian hayati:
-           Tidak mencemari lingkungan
-      Musuh alami yang dipilih biasanya sudah mengkhususkan diri terhadap hama sasaran dan tidak atau sedikit sekali berdampak negatif pada makhluk hidup lain
-           Petani tidak perlu melakukan tindakan apapun
-           Lebih murah biayanya dibanding pestisida.

Kekurangan dari cara pengendalian hayati:
-           Tingkat keberhasilannya hanya sekitar 10%
-           Bila harus mengimport dari luar negeri prosedurnya sangat rumit.

  1. Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
Tujuan dari pengendalian dengan cara mekanik dan fisik ialah “mengubah faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi hama.” Caranya antara lain:
a.       Memasang perangkap hama
Metode ini memanfaatkan sifat serangga yang tertarik terhadap cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu.
Caranya adalah dengan merangsang serangga untuk berkumpul dan hinggap pada perangkap, sehingga serangga tidak dapat terbang lagi dan akhirnya akan mati.
Cara ini cukup ampuh bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan hama.
b.     Menangkap langsung hama
c.     Membunuh telur, larva (ulat), pupa (kepompong) dan imago (serangga dewasa) dari hama

5.     Pengendalian Secara Kimiawi
Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir dan digunakan jika sudah masuk ambang batas ekonomi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar