A. LATAR BELAKANG
Pengendalian hama pada
tanaman merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usaha
tani. Secara umum hama diartikan sebagai semua organisme penggganggu tanaman
yang merugikan manusia. Petani masih menganggap bahwa pengendalian hama yang
paling efektif adalah dengan menggunakan pestisida.
Dampak negatif (kerugian) penggunaan pestisida dalam
mengendalikan hama tanaman antara lain sebagai berikut:
- Meningkatnya kekebalan hama terhadap daya bunuh insektisida akibat dari penggunaan pestisida berbahan aktif yang sama secara terus menerus dengan dosis yang tidak tepat
- Memungkinkan timbulnya ledakan hama dengan intesitas serangan yang lebih besar dibanding sebelum disemprot dengan insektisida. Hal ini dikarenakan penggunaan insektisida yang berlebihan sehingga mematikan musuh – musuh alami serangga;
- Timbulnya hama sekunder. Hal ini dapat terjadi bila binatang pemakan tumbuh-tumbuhan yang pada mulanya bukan merupakan hama telah berkembang cepat hingga pada tingkat merusak tanaman. Ledakan ini juga diakibatkan oleh terbunuhnya musuh alami hama
- Menimbulkan polusi/pencemaran lingkungan berupa tercemarnya air tanah, udara oleh racun yang terdapat dalam pestisida;
- Dapat mencemari hasil pertanian dan peternakan sehingga hasil-hasil pertanian dan peternakan mengandung racun pestida;
- Menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Racun yang terdapat dalam insektisida dapat menimbulkan gangguan kesehatan baik secara langsung maupun dalam jangka waktu yang panjang. Dilaporkan bahwa racun dari pestisida dapat mengakibatkan gangguan syaraf, kanker, gangguan reproduksi dan keracunan pada umumnya. Racun yang terkandung dalam pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan hasil pertanian dan peternakan yang tercemar pestisida, air yang tercemar, ataupun dari udara yang dihembuskan dari daerah pertanian yang melakukan penyemprotan hama.
Untuk kasus
keracunan akibat penggunaan pestisida lebih dari 400.000 kasus dilaporkan per
tahunnya dimana 1,5 % diantaranya berakibat fatal.
Melihat kerugian yang ditimbulkan dengan
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana, maka lahirlah KONSEP PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) yang sudah
menjadi program nasional sejak tahun 1979.
B. PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP PENGENDALIAN HAMA TERPADU
Pada dasarnya PHT adalah
pengendalian populasi/jumlah hama agar tetap berada di bawah satu tingkatan
atau kerugian ekonomi. Pengertian dan prinsip-prinsip dasar PHT adalah sebagai
berikut:
- Pengendalian hama bukan berupaya untuk membunuh habis populasi
hama, melainkan mengendalikan hingga populasi/jumlah di bawah
ambang ekonomi. Ambang ekonomi adalah “suatu
tingkat dimana populasi/jumlah hama dapat melakukan kerusakan yang
merugikan secara ekonomi’.
Untuk mengetahui ambang ekonomi tersebut petani
perlu melakukan pemantauan secara terus menerus pada tanaman. Bila diperlukan
diambil contoh tanaman secara acak. Kemudian jumlah hama yang ada pada tanaman
dihitung.
- Konsep dasar pengendalian hama tanaman adalah :
a.
Mengurangi sumber hama dan penyakit dengan memanipulasi
ekosistem;
b.
Mengintegrasikan/memadukan cara-cara pemberantasan yang
cocok/sesuai
c.
Menerapkan analisis ongkos dan keuntungan.
- Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir bila benar-benar diperlukan
dan penggunaannya harus berdaya bunuh selektif dan yang aman bagi
kelestarian lingkungan.
- Penggunaan cara-cara
pengendalian hama dengan memadukan semua teknik/cara pengendalian.
C. TAHAPAN PELAKSANAAN PHT
Tahapan pelaksanaan PHT terdiri dari :
1. Pengendalian Kultur Teknik
Pengendalian ini juga disebut dengan pengendalian secara bercocok tanam.
Pada dasarnya cara pengendalian ini membuat tanaman sehat agar mampu menahan
serangan hama. Pengendalian ini mengupayakan budidaya dengan menciptakan lingkungan
yang tidak disukai bagi perkembangan hama, tetapi pertumbuhan tanaman tidak
terganggu.
Cara pengendalian secara bercocok tanam ini adalah sebagai berikut:
a. POLA TANAM
Terdiri dari waktu tanam
yang tepat dan serempak pada beberapa jenis budidaya tanaman seperti padi,
sistim sorjan dan tumpang sari.
b. PERGILIRAN TANAMAN
Penanaman 1 jenis tanaman
secara terus menerus sepanjang tahun memberikan kesempatan hama untuk terus berkembang.
Contohnya untuk mengatasi hama wereng pada padi dapat dilakukan dengan
mengganti tanaman padi sementara untuk digilir menanam kacang-kacangan dan ubi
jalar. Pola tanam tersebut bisa PADI – PADI – PALAWIAJA atau PADI – PALAWIJA –
PADI.
c. PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah mampu
membinasakan hama-hama seperti penggerek padi, wereng, virus. Caranya dengan
membenamkan sisa tanaman padi kedalam tanah pada waktu dilakukan pengolahan.
d. PENGELOLAAN AIR
Pengelolaan air yang tepat
mampu membantu mengendalian beberapa jenis hama. Misalnya dengan mengeringkan
sawah dan mencadangkan air pada tingkat tanaman masak dapat mencegah meluasnya
serengan wereng coklat ke sawah yang letaknya berdekatan.
e. SANITASI
(PEMBERSIHAN LAHAN)
Lahan yang bersih total
tidak selalu dibenarkan. Contohnya gulma/tumbuhan pengganggu (rumput dll)
diantara tanaman utama perlu dibersihkan agar menghambat perkembangan hama
seperti persembunyian tikus sekaligus untuk menghilangkan persaingan tanaman
untuk mendapatkan unsur hara/makanan dan air dari tanah.
Namun gulma di galangan dan
tanah yang tidak digarap tidak perlu dibersihkan dengan tujuan untuk melindungi
kehidupan musuh-musuh alami hama.
Salah satu tindakan
pembersihan lahan yang salah yaitu dengan membakar lahan pertanian. Beberapa
hama memang musnah dalam pembakaran, namun juga mengakibatkan unsur
hara/makanan akan hanyut ke bawah dan organisme yang berperan penting dalam
proses pembusukan juga ikut musnah.
f.
PEMANGKASAN
Tanaman yang terlalu rimbun
sering digunakan sebagai sarang hama. Pemangkasan dapat dilakukan untuk
mengendalikannya.
g. PENGATURAN WAKTU
TANAM/PENANAMAN SEREMPAK
Penanaman jenis dan varietas
tertentu secara serempak pada areal yang luas, minimal 100 hektar dapat
mengurangi serangan hama seperti tikus. Dengan cara ini serangan hama tidak
terpusat pada satu petak saja. Pemanenan yang serempak juga mengakibatkan sumber
makanan/pakan hama hilang sama sekali.
h. PENGGUNAAN TANAMAN
PERANGKAP
Keberhasilan cara ini tidak
dapat dipastikan karena banyak faktor luar yang mempengaruhinya. Cara
pengendaliannya dengan menanam tanaman lain selain tanaman utama dengan harapan
hama yang menyerang tanaman utama dapat dikurangi.
i.
PENGGUNAAN MULSA/PENUTUP TANAH
Mulsa terbukti dapat menekan
pertumbuhan gulma/tumbuhan pengganggu (rumput dll), mengawetkan kesuburan tanah
serta mengurangi serangan hama seperti lalat bibit (Ophionyia phaseoli) yang
menyerang tanaman kedelai.
j.
PEMUPUKAN BERIMBANG
Pengalaman membuktikan bahwa
penggunaan pupuk yang menyangkut dosis, jenis dan waktu penggunaan yang
tidak benar justru menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit.
Untuk itu sangat dianjurkan melakukan pemupukan berimbang dengan dosis dan
waktu yang tepat.
Contohnya hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pemupukan Nitrogen (seperti urea, ZA dll) yang
berlebihan pada tanaman padi akan meningkatkan keparahan
penyakit oleh bakteri (seperti hawar pelepah daun dan busuk batang).
Pemupukan yang
dikombinasikan dengan pemupukan Kalium (seperti KCl dll) malah berdampak sebaliknya
yaitu dapat menekan beberapa penyakit jamur dan bakteri.
2. Penggunaan
Varietas Tahan
Beberapa contoh varietas
tahan hama sebagai berikut:
a.
Tanaman Padi berupa varietas :
- PB 68 : tahan terhadap serangan wereng biotipe 1 dan 2, blas dan tungro
3. Pengendalian
Hayati / Biologis
Pengendalian hayati adalah
pengendalian hama dengan cara biologi yaitu dengan memanfaatkan musuh alami
yang berupa parasitoid dan predator (pemangsa) serta patogen : jamur, bakteri,
virus, nematoda dan hewan vertebrata (bertulang belakang).
Berikut ini contoh musuh alami yang telah
terbukti sangat efektif/ampuh dalam pengendalian hayati:
-
Ular sawah (Phyton sp) memangsa tikus sawah
-
Burung hantu (Tyto alba) memangsa hama tikus di
perkebunan sawit
-
Metarrhizium sp merupakan patogen larva/ulat Helicoverpa armygerayang
menyerang kedelai
-
Semut merupakan pemangsa larva/ulat
- Katak, kadal, sarang laba-laba, belalang sembah, capung
dll merupakan contoh predator/pemangsa serangga hama.
Keuntungan dari cara
pengendalian hayati:
-
Tidak mencemari lingkungan
- Musuh alami yang dipilih biasanya sudah mengkhususkan
diri terhadap hama sasaran dan tidak atau sedikit sekali berdampak negatif pada
makhluk hidup lain
-
Petani tidak perlu melakukan tindakan apapun
-
Lebih murah biayanya dibanding pestisida.
Kekurangan dari cara pengendalian hayati:
-
Tingkat keberhasilannya hanya sekitar 10%
-
Bila harus mengimport dari luar negeri prosedurnya sangat
rumit.
- Pengendalian Secara Mekanik dan Fisik
Tujuan dari pengendalian dengan cara mekanik dan fisik ialah “mengubah
faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi hama.”
Caranya antara lain:
a.
Memasang perangkap hama
Metode ini memanfaatkan sifat
serangga yang tertarik terhadap cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu.
Caranya adalah dengan merangsang serangga untuk berkumpul dan hinggap pada perangkap, sehingga serangga tidak dapat terbang lagi dan akhirnya akan mati.
Cara ini cukup
ampuh bila digunakan secara meluas dan tepat waktu sebelum terjadi ledakan
hama.
b. Menangkap langsung hama
c. Membunuh telur, larva (ulat),
pupa (kepompong) dan imago (serangga dewasa) dari hama
5. Pengendalian
Secara Kimiawi
Penggunaan pestisida merupakan alternatif
terakhir dan digunakan jika sudah masuk ambang batas ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar