Minggu, 21 Mei 2017

PENGUSAHAAN LAHAN GAMBUT UNTUK USAHA TANI

Beberapa waktu lalu saya sudah memposting tentang pengenalan lahan gambut. Untuk kali ini saya memposting langkah - langkah apa yang harus dilakukan dalam pengusahaan lahan gambut untuk usaha tani. Sebagaimana dalam postingan saya terdahulu sudah kita ketahui bahwa lahan gambut memiliki karakter spesifik, sehingga dalam pemanfaatan untuk pertanian perlu penanganan khusus.

Idealnya lahan gambut yang cocok untuk digunakan sebagai lahan usaha tani khususnya tanaman pangan adalah yang mempunyai ketebalan lapisan gambut 0,5 - 1,5 meter dan tanah mineral di bawahnya bukan pasir kuarsa. Gambut yang terlalu dangkal akan cepat habis dan yang terlalu dalam mineralisasnya sangat rendah.

Dalam pengusahaan lahan gambut yang menjadi perhatian petani adalah sebagai berikut:

A.  DRAINASE
Umumnya lahan gambut tergenang air (anaerob) berupa rawa, sehingga hampir selalu mengalami dekomposisi bahan organik secara anaerobik yang menghasilkan asam - asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Biasanya pH tanah berkisar antara 3 - 5. Dalam keadaan tanah sangat asam menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal keracunan zat besi (Fe) dan Alumuinium (Al).

Untuk mengatasi keracunan tersebut maka perlu dilakukan pencucian dan pembuangan zat Fe dan Al keluar lahan pertanian. Caranya yaitu dengan membuat saluran drainase. Disamping itu saluran drainase dapat dilalui arus balik air sungai, sehingga dapat memperkaya unsur hara lahan gambut.

Drainase juga dimaksudkan untuk mengatur permukaan air tanah, sehingga daerah perakaran tidak menjadi kering melainkan tetap lembab. Keuntungan pengaturan permukaan air tanah ini adalah:

  1. Air tetap mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh normal;
  2. Air dan udara cukup, sehingga mikroorganisme dapat hidup subur dan proses dekomposisi berjalan baik;
  3. Gambut yang tetap lembab mempertahankan struktur tanah yang baik;
  4. Penyusutan gambut dapat dipertahankan dalam batas normal (berkisar 5 cm/tahun);
  5. Mineralisasi akan berjalan sempurna, karena cukup udara dan air. Mineralisasi akan menghasilkan unsur hara dan komponen tanah yang baik (koloida humus/protein);
  6. Kebakaran gambut dapat dibatasi oleh permukaan air tanah;
  7. Tanaman yang tidak tahan genangan dapat diusahakan di lahan gambut.


B. PERBAIKAN KESUBURAN 
Keragaman kesuburan lahan gambut sukup ekstrim, sehingga mempersulit untuk menentukan rekomendasi pemupukan yang bersifat umum. Pengusahaan lahan gambut pada tahun - tahun pertama sering merugikan petani karena akan mengalami penyakit rektamasi dimana tanaman tidak dapat berproduksi sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Jika tidak dibenahi tidak menutup kemungkinan petani akan selalu merugi.

Penyakit rektamasi tersebut disebabkan tidak tersedianya unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian Nitrogen (N) pada gambut yang baru melapuk tidak tersedia bagi tanaman, walaupun dalam analisa kimia menunjukan kadar N yang tinggi. Kandungan fosfat (P) dan Kalium (K) seringkali kurang memadai serta jumlah unsur mikro yang terbatas mengurangi respon tanaman terhadap pemupukan N dan P. Defiseinsi hara mikro yang sering terjadi pada lahan gambut ialah Tembaga (Cu) dan disusul Seng (Zn) dan Mangan (Mn).

Pemberian kapur pertanian pada lahan gambut sangat dianjurkan guna menaikan derajat keasaman tanah (pH) sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah. kenaikan pH tanah yang diperlukan tidak harus sampau 5,5. Pemberian kapur ini memberikan manfaat antara lain:


  1. Menambah unsur Kalsium (Ca)/Magnesium (Mg)
  2. Menetralisir Besi (Fe) dan Alumunium (Al) yang meracuni tanaman
  3. Mendorong proses perubahan amonium (NH4) menjadi nitrit (NO2) dan nitrat (NO3), sehingga N dapat diserap tanaman.
Pemberian kapur perlu dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak mendorong proses mineralisasi berlebihan dan tidak menguras cadangan N dalam bentuk NH4.
NHyang sudah berubah menjadi NOdan NOakan mudah menguap dan tercuci.

Secara lengkap penambahan yang harus dilakukan pada lahan gambut untuk lahan usaha tani adalah:

  1. Pengapuran
  2. Pemberian pupuk  P
  3. Pemberian pupuk K
  4. Pemberian unsur mikro.
Aplikasi 4 poin di atas dosisnya disesuaikan dengan keadaan gambutnya.

Perbaikan kesuburan gambut dalam (sampai 5 meter) dapat dilakukan dengan mencampurkan tanah mineral sedalam 20 cm. Tetapi hal ini menjadi pekerjaan yang berat bagi petani mengingat memerlukan tanah mineral dan tenaga yang sangat banyak sesuai luasan yang akan digarap. Pencampurannya dapat dilakukan dengan cara:
  • Alur sedalam dan sebelar 20 cm digali. Gambut galian ditimbun dikiri-kanan alur
  • Jarak antar alur adalah 50 cm
  • Alur dibuat memanjang timur - barat
  • Alur yang sudah berisi tanah mineral kemudian diaduk dengan gambut yang semula ditimbun di kanan - kiri alur.
  • alur yang berisi campuran tanah mineral dan gambut dijadikan alur tanaman.
Sungguh suatu proses yang sangat berat penambahan tanah mineral tersebut, tetapi bisa memperbaiki kesuburan lahan gambut.

Selain menggunakan kapur, dibeberapa tempat ada petani yang menggunakan abu dalam mengolah lahan gambutnya. Cara mendapatkan abu yaitu dengan membuat pondok pembakaran di lahan. Pada pondok tersebut dijadikan tempat membakar kayu, sampah-sampah organik sehingga menghasilkan abu yang bersih. Kemudian abu ditebar di lahan yang akan ditanami.
Tapi perlu diingat untuk menghasilkan tanah yang subur tidak boleh melakukan pembakaran gambut. Memang dengan dibakar lahan akan subur, tetapi gambut cepat habis karena terjadi penyusutan (Subsidence). Hal ini sebagaimana sudah saya jelaskan dalam postingan saya terdahulu.




Sumber:
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan , Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. Pemanfaatan Lahan Gambut. 

Seri Petunjuk Umum Usaha Tani.

Departemen Pertanian. Buletin Informasi Pertanian. Cara Mengolah Lahan Gambut.








Senin, 08 Mei 2017

MENGENAL GAMBUT UNTUK LAHAN PERTANIAN

Lahan gambut di Indonesia di perkirakan luasnya mencapai 27 juta hektar dan diantaranya ada yang dimanfaatkan untuk pertanian. Lahan gambut mempunyai karakter yang spesifik dibandingkan tanah mineral, sehingga perlu penanganan khusus jika dimanfaatkan untuk usahatani. 

Agar dalam berusaha tani di lahan gambut dapat berlangsung secara berkelanjutan dan memberikan hasil optimal, ada baiknya kita mengenal karakter lahan gambut agar tidak salah dalam mengelolanya.

Lahan gambut terbentu karena terjadinya akumulasi bahan organik dari sisa tumbuhan yang telah terdekomposisi melalui proses mineralisasi dan humifikasi. Komposisi gambut di Indonesia umumnya sebagian besar terdiri dari zat lignine, suberine, aspus dan malam (Waxes).

Penggolongan Tanah Gambut

DASAR PENGGOLONGAN/PENAMAAN

NAMA GAMBUT
Asal bahan pembentukan
Sfagnum, kayu
Tingkat kesuburan
EUTROFIK (sangat subur)
MESOTROFIK (agak subur)
OLIGOTROFIK (tidak subur)
Tingkat Pelapukan/Kematangan
SAFRIK (sudah lanjut melapuk)
HEMIK (antara safrik dan fibrik)
FIBRIK (belum melapuk, bahan asal masih dapat dikenal)
Posisi
TOPOGEN (lapisan yang bersentuhkan dengan bahan
Mineral di bawahnya
OMBROGEN (lapisan di atas topogen)
Kubah, lereng, backswamp
Ketebalan Lapisan
Tebal atau dalam, tipis atau dangkal
Tempat
Pantai (terbentuk karena pengaruh pasang surut)
Pedalaman (terbentuk di luar pengaruh pasang surut)
Tripik (subtropik, kutup)


Sifat Gambut

1. Fisik - Hidrologis
Sifat fisik - hidrologis gambut sangat ditentukan oleh kematangan gambut.


Indikator Penetapan Kematangan Gambut Di Lapangan
KEMATANGAN
WARNA GAMBUT
CAIRAN PERASAN
SISA PERASAN
FIBRIK
Putih kuning Sampai coklat
Jernih – keruh sampai kental
Berserat sampai agak Berserat berlendir

HEMIK
Coklat sampai Coklat tua
Koloidal 1/3 sampai ½ bahan terperas keluar
Agak berserat sampai seperti bubur

SAPRIK
Coklat tua sampai hitam
Suspensi seperti lemak 2/3 sampai seluruhnya bahan terperas keluar

Sedikit sekali serat sampai tidak ada serat,   berkilap lemak


2. Kesuburan Gambut
Kesuburan gambut ditentukan oleh beberapa hal yaitu:

  • Ketebalan dan tingkat kematangan gambut; Semakin tebal gambut  semakin miskin lapisan atasnya, karena akar tumbuhan sebagai bahan dasar gambut semakin sedikit mencapai lapisan tanah mineral di bawahnya. Semakin matang gambut akan semakin subur, karena semakin sempurna dekomposisi bahan organik dan unsur hara lebih banyak tersedia bagi tanaman.
  • Keadaan tanah mineral di bawah lapisan gambut; Gambut yang terbentuk diatas endapan pasir kuarsa lebih miskin dibanding yang terbentuk diatas endapan liat.
  • Kualitas air yang mempengaruhi proses pembentukan ataupun pematangan gambut. 


3. Penyusutan Gambut (Subsidence)
Penyusutan gambut dapat disebabkan:

  • Pembakaran; Saat pembukaan lahan, biasanya untuk menghilangkan sisa-sisa penebangan dilakukan pembakaran, diperkirakan menyebabkan penyusutan gambut rata-rat 6 cm. Abu pembakaran gambut memberikan pengaruh baik terhadap tanaman sehingga banyak petani cenderung melakukan pembakaran. Penyusutan akibat pembakaran menyebabkan makin lama gambut makin habis dan sulit dipulihkan. Disamping itu sifat fisik tanah mineral di bawah gambut yang terkena pembakaran menjadi buruk bagi pertumbuhan tanaman.Oleh karena itu pembakaran gambut harus dihindari.
  • Compaction; disebabkan oleh berkurangnya berat gambut akibat drainase, sehingga daya simpan air dan pori tanah. Compaction tidak menghilangkan gambut, tetapi mengurangi volume gambut sebagai tempat akar tanaman tertanam.Pengeringan gambut sifatnya tidak dapat kembali (irrevesible) dimana sekali gambut dikeringkan, maka gambut akan kehilangan sebagian kemampuan menyimpan air.
  • Mineralisasi; Proses dekomposisi bahan organik oleh jasad renik berlangsung terus, sehingga jumlah gambut semakin berkurang. Proses mineralisasi diperlukan pada gambut yang diolah untuk usaha tani, karena menghasilkan unsur hara Nitrogen, Phosfat dan Sulfur yang diperlukan tanaman



Sumber:
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan , Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. Pemanfaatan Lahan Gambut. 
Seri Petunjuk Umum Usaha Tani