Lahan gambut di Indonesia di perkirakan luasnya mencapai 27 juta hektar dan diantaranya ada yang dimanfaatkan untuk pertanian. Lahan gambut mempunyai karakter yang spesifik dibandingkan tanah mineral, sehingga perlu penanganan khusus jika dimanfaatkan untuk usahatani.
Agar dalam berusaha tani di lahan gambut dapat berlangsung secara berkelanjutan dan memberikan hasil optimal, ada baiknya kita mengenal karakter lahan gambut agar tidak salah dalam mengelolanya.
Lahan gambut terbentu karena terjadinya akumulasi bahan organik dari sisa tumbuhan yang telah terdekomposisi melalui proses mineralisasi dan humifikasi. Komposisi gambut di Indonesia umumnya sebagian besar terdiri dari zat lignine, suberine, aspus dan malam (Waxes).
Agar dalam berusaha tani di lahan gambut dapat berlangsung secara berkelanjutan dan memberikan hasil optimal, ada baiknya kita mengenal karakter lahan gambut agar tidak salah dalam mengelolanya.
Lahan gambut terbentu karena terjadinya akumulasi bahan organik dari sisa tumbuhan yang telah terdekomposisi melalui proses mineralisasi dan humifikasi. Komposisi gambut di Indonesia umumnya sebagian besar terdiri dari zat lignine, suberine, aspus dan malam (Waxes).
Penggolongan Tanah Gambut
DASAR
PENGGOLONGAN/PENAMAAN
|
NAMA GAMBUT
|
Asal bahan pembentukan
|
Sfagnum, kayu
|
Tingkat kesuburan
|
EUTROFIK (sangat subur)
|
MESOTROFIK (agak subur)
|
|
OLIGOTROFIK (tidak subur)
|
|
Tingkat
Pelapukan/Kematangan
|
SAFRIK (sudah lanjut melapuk)
|
HEMIK (antara safrik dan fibrik)
|
|
FIBRIK (belum melapuk, bahan asal
masih dapat dikenal)
|
|
Posisi
|
TOPOGEN (lapisan yang bersentuhkan
dengan bahan
|
Mineral di bawahnya
|
|
OMBROGEN (lapisan di atas topogen)
|
|
Kubah, lereng, backswamp
|
|
Ketebalan Lapisan
|
Tebal atau dalam, tipis atau
dangkal
|
Tempat
|
Pantai (terbentuk karena pengaruh
pasang surut)
|
Pedalaman (terbentuk di luar
pengaruh pasang surut)
|
|
Tripik (subtropik, kutup)
|
Sifat Gambut
1. Fisik - Hidrologis
Sifat fisik - hidrologis gambut sangat ditentukan oleh kematangan gambut.
Indikator Penetapan Kematangan Gambut Di Lapangan
Indikator Penetapan Kematangan Gambut Di Lapangan
KEMATANGAN
|
WARNA
GAMBUT
|
CAIRAN
PERASAN
|
SISA
PERASAN
|
FIBRIK
|
Putih kuning Sampai coklat
|
Jernih – keruh sampai kental
|
Berserat sampai agak Berserat
berlendir
|
HEMIK
|
Coklat sampai Coklat tua
|
Koloidal 1/3 sampai ½ bahan
terperas keluar
|
Agak berserat sampai seperti bubur
|
SAPRIK
|
Coklat tua sampai hitam
|
Suspensi seperti lemak 2/3 sampai
seluruhnya bahan terperas keluar
|
Sedikit sekali serat sampai tidak
ada serat, berkilap lemak
|
2. Kesuburan Gambut
Kesuburan gambut ditentukan oleh beberapa hal yaitu:
- Ketebalan dan tingkat kematangan gambut; Semakin tebal gambut semakin miskin lapisan atasnya, karena akar tumbuhan sebagai bahan dasar gambut semakin sedikit mencapai lapisan tanah mineral di bawahnya. Semakin matang gambut akan semakin subur, karena semakin sempurna dekomposisi bahan organik dan unsur hara lebih banyak tersedia bagi tanaman.
- Keadaan tanah mineral di bawah lapisan gambut; Gambut yang terbentuk diatas endapan pasir kuarsa lebih miskin dibanding yang terbentuk diatas endapan liat.
- Kualitas air yang mempengaruhi proses pembentukan ataupun pematangan gambut.
3. Penyusutan Gambut (Subsidence)
Penyusutan gambut dapat disebabkan:
- Pembakaran; Saat pembukaan lahan, biasanya untuk menghilangkan sisa-sisa penebangan dilakukan pembakaran, diperkirakan menyebabkan penyusutan gambut rata-rat 6 cm. Abu pembakaran gambut memberikan pengaruh baik terhadap tanaman sehingga banyak petani cenderung melakukan pembakaran. Penyusutan akibat pembakaran menyebabkan makin lama gambut makin habis dan sulit dipulihkan. Disamping itu sifat fisik tanah mineral di bawah gambut yang terkena pembakaran menjadi buruk bagi pertumbuhan tanaman.Oleh karena itu pembakaran gambut harus dihindari.
- Compaction; disebabkan oleh berkurangnya berat gambut akibat drainase, sehingga daya simpan air dan pori tanah. Compaction tidak menghilangkan gambut, tetapi mengurangi volume gambut sebagai tempat akar tanaman tertanam.Pengeringan gambut sifatnya tidak dapat kembali (irrevesible) dimana sekali gambut dikeringkan, maka gambut akan kehilangan sebagian kemampuan menyimpan air.
- Mineralisasi; Proses dekomposisi bahan organik oleh jasad renik berlangsung terus, sehingga jumlah gambut semakin berkurang. Proses mineralisasi diperlukan pada gambut yang diolah untuk usaha tani, karena menghasilkan unsur hara Nitrogen, Phosfat dan Sulfur yang diperlukan tanaman
Sumber:
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan , Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. Pemanfaatan Lahan Gambut.
Seri Petunjuk Umum Usaha Tani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar