Jumat, 24 Juni 2022

AYO BERTANAM ORGANIK

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan 4 orang petani yang ingin belajar bertanam sayuran organik. Saya menyambut dengan senang hati karena saya salah satu dari sekian banyak orang yang sangat bersemangat mengajak petani untuk cenderung mengajak mereka perlahan-lahan meninggalkan ketergantungan akan input produksi kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida. Hal ini demi keberlangsungan pertanian berkelanjutan dan kesehatan si petani itu sendiri maupun konsumen.

Saat ini begitu banyak petani yang sangat mengandalkan pestisida dan pupuk an-organik karena anggapan mereka lebih praktis dan tidak repot, serta hasilnya segera terlihat. Dibutuhkan waktu, kesabaran dan tidak pernah bosan untuk mengajak siapa saja untuk mulai meninggalkan praktek budidaya yang  tidak ramah lingkungan.

Atas dasar itulah kali ini saya menyajikan materi ini dalam blog saya dengan harapan dapat mengguggah banyak petani untuk bertani organik. Go green...

Kesadaran untuk hidup sehat membuat makanan organik makanan organik seperti sayuran mulai dicari orang. Saat ini dikota-kota besar sudah mulai banyak dijumpai gerai-gerai organik yang menjual sayuran, ayam, telur dll yang dipelihara dengan metoda organik. Namun harga produk-produk organik masih dirasa mahal walaupun sebenarnya mahal itu relatif jika dibandingkan dengan biaya berobat.

Penerapan teknologi pertanian modern seperti penggunaan bibit unggul, pupuk kimiawi, dan pestisida kimia dalam intensifikasi penggunaan lahan menimbulkan degradasi lahan yang cukup besar sehingga mengakibatkan penurunan  produktivitas tanaman pertanian. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan untuk meningkatkan produktivitas tanaman telah mengakibatkan permasalahan tersendiri yaitu menurunnya kesuburan dan pemiskinan unsur hara tanah. Dengan menerapkan budidaya pertanian organik termasuk budidaya sayuran (menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati) dapat mengembalikan kesuburan tanah.

Kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia selain menimbulkan permasalah diatas, juga menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan pada manusia akibat dari residu kimia yang terserap oleh bahan pangan. Seperti bahan kimia yang terdapat dalam insektisida dapat menimbulkan gangguan kesehatan baik secara langsung maupun dalam jangka waktu yang panjang.

Racun yang terkandung dalam pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan hasil pertanian dan peternakan yang tercemar pestisida, air yang tercemar, ataupun dari udara yang dihembuskan dari daerah pertanian yang melakukan penyemprotan hama.
Sistem pertanian organik diartikan sebagai kegiatan usahan tani secara menyeluruh sejak proses (prapanen) sampai proses pengolahan hasil (pasca panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.
Prinsip pertanian organik yaitu ramah lingkungan, tidak mencemari dan merusak lingkungan. Cara yang ditempuh agar tujuan itu tercapai antara lain:

  1. Memupuk dengan pupuk organik padat (kompos/pupuk kandang/guano)
  2. Memupuk dengan pupuk organik cair (POC) dan pupuk hayati
  3. Memupuk dengan pupuk hijau
  4. Mengaplikasikan pestisida nabati 
  5. Mempertahankan dan melestarikan habitat tanam dengan pola tanam polikultur.
Untuk cara membuat kompos, POC dan pestisida nabati dapat dilihat dalam postingan sebelum - sebelum ini di blog saya ini.


         Kelebihan dan kekurangan Sistem Pertanian Organik
Kelebihan dari sistem pertanian organik:

  1. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida anorganik sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik tanah, air dan udara serta produksi tidak mengandung racun yang membahayakan kesehatan;
  2. Tanaman organik memiliki rasa yang lebih manis, lebih renyah dan tidak mudah patah dibanding tanaman anorganik
  3. Daya simpan lebih lama dibanding dengan produk tanaman anorganik
  4. Produk tanaman organik lebih mahal
Kekurangan dari sistem organik:
  1. Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit. Umumnya pengendalian hama/penyakit dilakukan manual/mekanik dan menggunakan pestisida nabati yang perlu dibuat sendiri. Hingga saat ini di pasar belum ada yang menjual pestisida nabati;
  2. Penampilan fisik tanaman organik umumnya kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan berlubang-lubang daunnya jika dimakan hama) dibanding produk tanaman anorganik.

Sumber:
Ir. Pracana. Seri Agriisnis. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag.




Jumat, 10 Juni 2022

PERSEMAIAN PADI SAWAH

Untuk memperoleh bibit padi sawah dapat dilakukan dengan cara persemaian basah dan kering. Pemilihan metode persemaian tergantung dengan jumlah benih yang disemai atau kebiasaan petani setempat. Umur bibit yang siap dipindahkan atau ditanam bergantung pada metode tanamnya apakah umur 15 - 21 hari, atau metode SRI yang memerlukan bibit umur 7 - 10 hari, ataupun metode Hazton yang memerlukan bibit tua (25 - 35 hari semai).

PERSEMAIAN BASAH
Persemaian basah memiliki kelebihan yaitu dapat menampung benih dalam jumlah besar. Persemaian basah memiliki beberapa kekurangan yaitu:
  • Memerlukan tempat yang luas sehingga waktu yang dibutuhkan dan tenaga kerja yang        lebihan banyak dalam menyiapkan media;
  • Pengontrolan bibit padi yang kurang terpantau;
  • Untuk mencabut dan memindahkan bibit dari persemaian ke lahan sawah memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak.

Lokasi persemaian sebaiknya dalam hamparan yang luas agar mudah pemeliharaannya dan diupayakan dekat dengan sumber air dan memiliki drainase yang baik serta aman dari gangguan bianatang, mudah diairi, dan persemaian terkena sinar matahari langsung tetapi tidak dekat dengan sinar lampu yang dapat mengundang serangan hama dimalam hari.

Tahap Persemaian Basah
Tanah untuk persemaian diolah dengan cara dibajak dan digaru serta diberi pupuk organik sampai tanah dalam kondisi melumpur sedalam kira-kira 20 cm. Bedengan persemaian dibuat lebar 1,0 - 1,5 m setinggi sekitar 10 cm dan panjangnya bervariasi tergantung keadaan lahan.  

Benih yang telah direndam dan diperam kemudian ditabur merata. Saat tabur benih kondisi persemaian macak - macak. Setelah bibit tumbuh perlu dilakukan pemupukan jika bibit kurang subur dengan menggunakan urea dosis 40 gram/m2. Apabila terserang hama maka perlu dikendalikan. Jika tidak ada Urea dapat diganti dengan pupuk yang disemprotkan melalui daun.


5 hari setelah benih ditabur, persemaian diairi setinggi kira - kira 1 cm selama 2 hari. Setelah itu persemaian diairi terus menerus setinggi kira - kira 5 cm.

Sebelum bibit dicabut lahan persemaian perlu digenangi air selama 1 hari antara 2 - 5 cm agar tanah menjadi lunak sehingga bibit mudah dicabut dan tidak rusak.




Persemaian basah juga dapat dibuat modifikasi sistem dapok untuk memudahkan saat penanaman. Cara persemaian sistem dapok sebagai berikut:

  1. Guludan dibuat berukuran lebar 1,0 - 1,2 m memanjang sesuai lahan. Guludan/          bedengan dialas plastik, karung atau daun pisang agar akar tidak tembus ke dalam      tanah.
  2. Cetakan dapok dapat dibuat dari reng seng berukuran panjang sekitar 180 cm dan lebar 80 cm. Cetakan dapok disekat menjadi 12 bagaian berukuran 30 x 40 cm. Cetakan ditaruh di atas guludan yang telah dialas
  3. Media semai dibuat dari campuran tanah, pupuk organik dan sekam padi dengan perbandingan 7:2:1 kemudian diaduk rata. Setelah media dapok selesai diisi kemudian diratakan.
  4. Benih padi yang sudah diperam ditabur merata.

  5. Persemaian disiram air kemudian ditutup dengan daun pisang, karung atau terpal untuk menghindari burung.
  6. Pada umur 5 hari penutup persemaian dibuka. Aplikasikan pupuk urea di persemaian pada iumur 7 hari dengan dosis 40 gram/m2.
  7. Bibit siap dipindahkan sesuai metode tanam yang dipilih.



PERSEMAIAN KERING
Persemaian kering memiliki beberapa kelebihan yaitu:
  • Mudah menyiapkan media semai;
  • Mudah dalam perawatannya;
  • Mudah dalam pencabutan bibit dan tidak memerlukan waktyu yang lama;
  • Mudah dibawa ke sawah saat pindah tanam;
  • Tenaga kerja yang diperlukan sedikit.
Kelemahannya kurang dapat menampung benih dalam jumlah besar. Tetapi jika mau meluangkan tambahan sedikit tenaga kerja, maka semaian kering tidak hanya bisa untuk metode SRI yang membutuhkan bibit yang sedikit, tetapi juga dapat digunakan untuk tanam 2 -3 bibit per lubang tanam.

Tahapan Pembuatan Semaian Kering

a.  Persiapan Wadah Semai
Untuk wadah semai dapat menggunakan plastik/daun pisang/sak semen/nampan plastik/besek bambu atau keranjang. Jika menggunakan plastik, daun pisang atau sak semen maka dihamparkan di tanah. Kemudian semua bagian sisinya ditahan menggunakan batang kayu agar tanah yang digunakan untuk persemaian dapat ditahan dengan baik.

b.  Persiapan Media Semai
Media semai dapat menggunakan tanah dicampur pupuk organik dengan perbandingan 3:1. Pastikan pupuk organik yang digunakan benar - benar matang karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Cara mengecek pupuk organik matang atau tidak adalah dengan memasukan pupuk organik ember yang berisi air. kemudian tunggu sampai pupuk mengendap dan lihat, jika bening berarti pupuk organik matang dan siap digunakan. Kemudian media semai dimasukan ke dalam wadah semai dan diratakan.

c.  Persiapan Media Semai
Benih yang sudah direndam dan diperam disebar merata di permukaan media dengan kepadatan 0,6 - 0,7 kg/m2. Siram dengan air secukupnya. Kemudian tutup persemaian dengan karung plastik atau terpal atau daun pisang. 

d.  Pemeliharaan
Setelah benih tumbuh kira - kira 2 cm (4 hari setelah semai) penutup dibuka. Penyiraman dilakukan 2x sehari (melihat kondisi cuaca). Setelah tutup dibuka maka penyiraman dilakukan 1 hari sekali. Bibit siap ditanam sesuai metode tanam yang dipilih.

PERSEMAIAN KERING MENGGUNAKAN SAK SEMEN


e.  Pengangkutan dan Pencabutan
Bibit siap ditanam cukup dibawa dengan wadahnya jika menggunakan wadah selain daun pisang. Pencabutan benih tidak memerlukan banyak tenaga kerja.  



Sumber:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Teknologi Produksi Padi Sawah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Teknologi Budidaya Padi.
Penerbit Kanisius. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah.
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/pembibitan/persemaian padi dengan cara basah