Jumat, 22 Oktober 2021

KIAT MENJADIKAN BUAH LEBIH MANIS

Halo para pembaca blog ini... 

Dalam unggahan saya kali ini merupakan kelanjutan unggahan saya awal bulan lalu tentang mengapa buah yang kita tanam rasanya kurang manis. Setelah kita tahu penyebabnya maka ada beberapa proses budidaya dan panen yang dapat kita perbaiki untuk meningkatkan rasa manis buah.

Berikut ini kiat – kiat perlakuan agar buah dapat menjadi lebih manis rasanya. Kiat – kiat ini dapat dipergunakan untuk bermacam – macam jenis buah yang dibudidayakan.

Menggunakan Kultivar Unggul

Biasanya kultivar adalah tumbuhan yang sudah diperbanyak bukan dari biji, melainkan dari bagian vegetatif baik berupa cangkok, okulasi, sambung ataupun kultur jaringan.

Pertimbangkan Agroklimat Tanaman

Setiap jenis tanaman buah biasanya menuntut lingkungan tertentu yang berbeda – beda seperti ketinggian tempat dari permukaan laut, perbandingan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) dan kedalaman air tanah. Sebaiknya jenis tanaman buah yang akan ditanam disesuaikan dengan agroklimat masing – masing.

Menyuburkan Tanah Sebagai Media Tanam

Jika ingin mendapatkan tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah optimal, maka tanamlah tanaman buah pada tanah yang subur. Tanah yang kurang subur harus diberikan perlakuan tertentu guna memperbaiki dan meningkatkan kesuburannya. Perlakuan tersebut antara lain yaitu:

  • Memberikan pembenah tanah yang akan ditanami. Pembenah tanah yang dapat digunakan seperti kapur pertanian pada tanah asam (derajat keasaman / pH tanah rendah), asam humat dan biochar (arang). 
  • Memberikan pupuk organik baik padat (kompos, pupuk kandang dll) maupun cair (POC). 
  • Untuk tanaman buah semusim (seperti semangka dan melon) tanah diolah dan dibuat bedengan (guludan)
  •  Untuk tanaman buah tahunan idealnya lubang tanam dipersiapkan 1 bulan sebelum bibit ditanam. Ukurannya  80 x 80 x 50 cm. Tanah lapisan atas (topsoil) dan tanah lapisan bawah (subsoil) harus dipisahkan. 
  • Jika tanah terlalu mengandung liat yang terlalu tinggi, maka perlu dicampur dengan sedikit pasir sehingga akar dengan menembus tanah.
  • Jika menanam secara tambulampot ada baiknya media tanam sudah dipersiapkan dalam wadah tanam selama 2 minggu sebelum bibit ditanam. Media tanam terdiri dari tanah, kompos/pupuk kandang dan sekam bakar dengan ratio   1 : 1 : 1. Setelah tanaman besar untuk pemberian pupuk organik padat (kompos/pupuk kandang) perlu diberikan kembali

Menanam Di Tempat Terbuka (Tidak Ternaungi)

pada fase generatif tanaman harus mendapatkan cukup sinar matahari agar proses fotosintesa berjalan lancar dalam menghasilkan korbohidrat yang akan diubah menjadi gula. Tanaman yang tidak mendapatkan sinar matahari secara optimal akan terhambat pembentukan energi-nya sehingga pengubahan unsur-unsur C, H dan O menjadi zat gula kurang optimal sehingga menyebabkan buah menjadi kurang manis, malahan tanaman lebih rajin membentuk daun.

Jika daun pada tanaman terlalu rimbun sehingga menutupi daun lainnya untuk berfotosintesis ada baiknya dilakukan pemangkasan (pruning) sebelum tanaman berbuah. Dengan dilakukan pruning sinar matahari bisa masuk penuh ke tanaman. Selain itu dengan pruning juga dapat merangsang pembentukan bunga dan buah.

 Pengairan

Apabila curah hujan tinggi, maka perlu diatur pola irigasi sehingga tanaman tidak tergenang air hujan. Batasi agar kadar air dalam buah tidak terlalu tinggi yang dapat menyebabkan buah menjadi kurang manis (cenderung hambar).

Jumlah air yang terbatas menyebabkan konsentrasi gula hasil fotosintesis di dalam buah meningkat. Namun, perlu diperhatikan bahwa pengurangan air yang dilakukan saat buah masih muda dapat menyebabkan ukuran buah menjadi kecil.

Pemupukan Berimbang

Untuk menghasilkan buah yang lebat dengan rasanya yang manis seperti yang kita inginkan, maka sangat perlu dilakukan pemupukan. 

Agar tujuan pemupukan dapat tercapai maka berikut hal – hal yang perlu diperhatikan:

  • Selalu membaca dengan seksama petunjuk pamakaian dan keterangan yang tertera pada kemasan produk pupuk yang digunakan
  • Jika menggunakan pupuk daun (foliar fertilizer) gunakan alat semprot (spayer) khusus dan hindari menggunakan spayer yang biasa digunakan untuk herbisida, karena larutan herbisida sangat kuat dan sulit dibersihkan
  • Dalam melakukan pemupukan harus memperhatikan prinsip 5 tepat yaitu:

 Tepat Jenis

Pilih dan gunakan jenis pupuk daun yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan disemprot. Memilih jenis pupuk yang salah akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan yang kita inginkan.

Pada tanaman buah tahunan pupuk yang diberikan tambahan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) dan pupuk anorganik yang dilakukan berulang - ulang. Pada tanaman buah semusim pemberian pupuk organik padat tersebut cukup 1 kali pemberian yaitu sekitar 2 minggu sebelum tanam. 

Pada fase generatif (pembentukan bunga dan buah) membutuhkan unsur fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah banyak. Dalam bentuk pupuk anorganik contohnya yaitu pupuk kalium fosfat dengan berbagai merk di pasaran, pupuk SP36 dan KCl.

Unsur fosfor (P) ditujukan untuk merangsang pembentukan bunga dan pematangan buah, adapun unsur kalium (K) ditujukan untuk meningkatkan kualitas buah seperti memperberat buah karena menguatkan jaringan tanaman dan tentunya lebih memaniskan rasa buah karena membentuk karbohirat dan gula. Unsur K pada pupuk anorganik contohnya adalah KCl dan KNO3.

Selain itu pupuk yang mengandung unsur Boron (B) yang merupakan salah satu unsur mikro, juga baik ditambahkan. Fungsi unsur B ini antara lain adalah meningkatkan mobilitas gula/karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman,  membantu penyerapan Kalium (K) dan berpengaruh dalam proses penyerbukan, pembentukan bunga, buah dan biji.

Tepat Bentuk/Formula

Bentuk pupuk yang dapat dipilih berupa butiran (granular), tepung (powder) dan cair. Pilihlah sesuai dengan yang diinginkan dan kondisi tanaman.

Tepat Dosis / Konsentrasi

Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman buah harus sesuai dengan dosis yaitu sesuai dengan status hara tanah, kebutuhan tanaman, dan target hasil yang ingin dicapai.

Tepat Waktu

Jika pada tanaman buah tahunan, pemupukan yang paling tepat adalah pada awal dan akhir musim hujan dimana kondisi tanah dalam keadaan lembab. Untuk pupuk yang diberikan melalui daun dapat dilihat kapan waktu dan frekuensi yang tepat untuk memupuk tanaman yang biasanya tertera pada kemasan.

Tepat Cara

Saat ini banyak beredar dipasaran pupuk untuk meningkatkan kadar kemanisan buah. Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan dengan cara dibenamkan dalam tanah, disiram pada tanah (kocor) maupun yang disemprotkan melalui daun. Masing – masing dalam mengaplikasikan pupuk harus benar agar pupuk tidak terbuang sia – sia.

Pada tanaman buah tahunan, pemberian pupuk dengan cara ditabur dilakukan dengan cara menabur pupuk secara lingkaran pada pada tanah batas tajuk terluar yang terlebih dahulu sudah digali sedalam 15 – 25 cm. Piringan harus bersih dari gulma. Setelah ditabur pupuk harus ditutup kembali dengan tanah.

Pemanenan  Tepat Waktu

    Untuk menentukan masa panen/petik masing – masing buah mempunyai karakteristik masing –masing. Selain itu juga harus dipertimbangkan apakah jenis buah yang akan dipanen termasuk jenis buah klimakterik atau non-klimakterik. Dengan mengetahui kedua hal tersebut maka tidak akan salah dalam waktu memanen.

    Pada buah klimakterik seperti alpukat, pisang, mangga, pepaya, nangka, sirsak, sawo dan lain – lain dapat dipanen jika memperlihatkan tanda sudah tua dan hampir matang. Kemudian disimpan beberapa hari maka kadar gulanya bisa juga maksimal sehingga rasa buah tetap manis.

     Pada buah non-klimakterik seperti semangka, melon, anggur, belimbing, jeruk, nanas, jambu air dan lain-lain harus dipanen/dipetik pada saat buah matang sempurna agar rasa manisnya maksimal. Jika buah tersebut dipetik saat buah belum matang maka buah belum mencapai tingkat manis maksimal. Buah non-klimakterik yang belum matang sempurna akan terasa kurang manis, agak asam atau kelat. 

      

       Jadi jika punya pohon buah yang rasanya tidak manis jangan putus asa dulu. silahkan dicoba cara tersebut. Semoga bermanfaat bagi para pembaca. 


Sumber:

https://id.scribd.com/doc/70677436/Buah-Klimaterik-Dan-Non-Klimaterik

 

https://id.strephonsays.com/cultivar-and-variety-6893


https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/03/100000669/penyebab-buah-manis-dan-asam-.


Redaksi Trubus. 2007. Seri Agrikiat. Menjadikan Buah Lebih Manis. Penebar Swadaya. Depok.

 

Jumat, 15 Oktober 2021

Faktor Yang Menyebabkan Rasa Buah Tidak Manis

 Halo jumpa lagi para pembaca dimanapun anda berada...

Apakah anda memiliki kebun buah??? Ataukah punya tanaman buah di pekarangan yang rasanya tidak manis??? Saya memiliki pengalaman ditanya oleh petani mengapa buah yang dipanen dari kebunnya rasanya kurang manis. Nah...dalam kesempatan kali ini saya mengunggah mengapa rasa buah tidak manis seperti yang diinginkan dan bagaimana cara agar pohon buah menghasilkan buah yang manis rasanya.

Unggahan mengenai hal tersebut akan saya bagi menjadi 2 kali unggahan, karena jika dijadikan satu saja terlalu panjang bahasannya. Untuk unggahan yang pertama ini akan kita bahas faktor - faktor penyebab buah tidak/kurang manis. Kemudian pada unggahan yang kedua nanti saya berencana membagikan cara - cara untuk menjadikan rasa buah lebih manis. Silahkan dibaca siapa tahu bermanfaat. 

Rasa buah beragam dimana ada yang terasa manis, asam, kelat ataupun hambar. Mengapa rasa buah bisa beragam ada yang terasa manis, asam, kelat atau terasa hambar? Hal itu dikarenakan perbedaan kandungan gula pada buah tersebut.

Tanaman yang kita tanam bisa berbuah manis atau tidak tergantung faktor dari dalam (sifat genetik) dan faktor luar (lingkungan). Berikut ini penjelasannya.


A.            Faktor Dalam (Sifat Genetik Tanaman)

Beberapa jenis buah akan dijumpai dimana walaupun dipetik saat sudah cukup tua, namun rasanya tetap saja tidak manis. Contohnya jeruk lemon, jeruk nipis, jeruk sambal dan lain- lain. Beberapa jenis mangga, nanas dan belimbing juga sering tetap terasa asam atau kelat walaupun umur buahnya sudah tua dan siap dipetik.

B.            Faktor Luar

Faktor  luar yang berpengaruh terhadap tingkat kemanisan buah adalah sebagai berikut:

1.       Faktor Tanah / Media Tanam

Jenis dan Kesuburan Tanah; Keadaan tanah sebagai media tanam bagi tanaman buah yang memiliki tingkat kesuburan yang baik dapat meningkatkan kemanisan buah.

Kedalaman Air Tanah; Pada tanaman buah tahunan yang memiliki perakaran dalam memerlukan tanah dengan kedalaman air yang cukup. Untuk tanaman semusim yang perakarannya dangkal membutuhkan tanah yang airnya dangkal pula. Jika syarat tersebut terpenuhi maka kebutuhan tanaman akan air akan cukup untuk pertumbuhan dan pembentukan buah. Jika tidak maka buah yang dihasilkan tidak manis atau tanaman tidak tumbuh subur karena selalu kekeringan atau akarnya busuk akibat selalu tergenang.

Ketinggian Tempat Ketinggian tempat sangat mempengaruhi tanaman karena erat hubungannya dengan sinar matahari dan suhu. Semakin tinggi letak tanah/tempat dari permukaan laut, maka suhu rata-rata harian akan semakin turun (dingin). Secara umum tanaman buah akan menjadi lebih manis apabila ditanam di ketinggian tempat yang dataran rendah, dimana merupakan daerah yang panas. Ini berlaku hampir di semua jenis buah-buahan.  Oleh karena itu penghasil buah manis terkonsentrasi di daerah panas.

 

2.       Faktor Iklim

a.      Suhu

Suhu mempengaruhi proses transpirasi (penguapan dari tanaman, respirasi (pernafasan) maupun proses lainnya pada tanaman. Suhu juga mempengaruhi aktivitas enzim dalam tanaman sehingga untuk memperlancar proses fisiologi pada tanaman maka memerlukan suhu tertentu.

Contohnya pada tanaman mangga dan pisang akan menjadi lebih manis dan cepat ranum jika ditanam di dataran rendah dibanding dataran tinggi. Ini disebabkan karena di dataran rendah aktifitas enzim yang berperan dalam merubah karbohidrat menjadi gula bekerja lebih efektif.

a.      Sinar Matahari

Sinar matahari peranannya sangat penting bagi tanaman, dimana energi dari sinar matahari diperlukan dalam setiap proses fisiologis tanaman seperti fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Proses fotosintesis berguna untuk membentuk karbohidrat yang diubah menjadi zat gula. Zat gula merupakan senyawa yang membuat buah memiliki rasa manis.

Umumnya, intensitas matahari di dataran tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan di dataran rendah. Namun, panjang hari atau waktu penyinaran di dataran rendah lebih lama. Akibatnya, buah yang ditanam di dataran rendah biasanya berasa lebih manis. 

Curah Hujan    

Rasa buah juga dipengaruhi oleh curah hujan dan ketersediaan air. Peningkatan curah hujan yang tinggi dapat menurunkan tingkat kemanisan buah. Seperti buah jambu air contohnya yang merupakan tanaman yang berbuah tanpa kenal musim ini seringkali menghasilkan jambu yang rasanya hambar pada musim hujan dan mempunyai rasa manis di musim kemarau. 


3.       Faktor Pemeliharaan

Adapun faktor pemeliharaan yang berpengaruh pada rasa kemanisan buah adalah pemupukan. Pemberian pupuk pada tanaman buah sangat penting dilakukan untuk memberikan tambahan unsur hara yang ketersediaan di tanah biasanya tidak memadai.

Apabila tanaman buah yang menghasilkan buah yang lebat dan manis tidak pernah dipupuk, maka menyebabkan lama kelamaan tingkat kemanisannya berkurang. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan tanah untuk menyediakan kembali unsur hara yang semakin menurun setelah diserap oleh tanaman.


4.    Faktor Umur Petik Buah

Umur petik buah sangat berpengaruh terhadap derajat kemanisan buah, terutama untuk buah nonklimakterik. buah non-klimaterik adalah buah yang tidak melanjutkan proses pematangan setelah dipetik. Dengan demikian saat buah non-klimaterik dipetik dari pohonnya sebelum matang buah tersebut tidak akan pernah matang. Maka dari itu untuk buah non-klimaterik harus dipetik tepat waktu atau ketika kadar gulanya mencapai standar kematangan buah.

Buah klimaterik yang telah dipetik dari pohonnya sebelum matang, dapat matang secara perlahan karena produksi etilen endogen (gas etilen dalam buah). Jika dipetik masih belum matang, maka buah klimakterik masih bisa ditingkatkan kematangannya dengan cara diperam dan rasanya akan manis.


Contoh Buah – Buahan Klimakterik dan Nonklimakterik

 

No.

 

 

Buah Klimakterik

 

Buah Nonklimakterik

1

Alpukat

Jambu air

2

Pisang

Jeruk bali

3

Nangka

Lemon

4

Cempedak

Leci

5

Mangga

Jeruk

6

Pepaya

Nanas

7

Markisa

Melon

8

Apel

Delima

9

Jambu biji

Anggur

10

Durian

Semangka

11

Manggis

Lengkeng

12

Sirsak

Strawberry

13

Sawo

Belimbing


Para pembaca sekalian, demikian faktor - faktor yang menyebabkan rasa buah beraneka ragam. Dengan mengetahui hal tersebut, maka kita dapat memperbaiki rasa manis buah sepanjang tidak menyangkut faktor genetik. Semoga bermanfaat.


Sumber:

https://id.scribd.com/doc/70677436/Buah-Klimaterik-Dan-Non-Klimaterik

 

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/03/100000669/penyebab-buah-manis-dan-asam-.


Redaksi Trubus. 2007. Seri Agrikiat. Menjadikan Buah Lebih Manis. Penebar Swadaya. Depok.

Jumat, 17 September 2021

Pentingnya Memasyarakatkan Penggunaan Pupuk Organik

 

Halo para pembaca blog penyuluhan pertanian ini... 

Unggahan kali ini berisikan ajakan kepada para pembaca agar dapat sama - sama merenung dan meluangkan waktu sejenak untuk mengerti tentang betapa pentingnya melestarikan alam hingga generasi selanjutnya kelak. Dari sisi budidaya pertanian dalam pelestarian alam yang dapat dilakukan adalah bagaimana kita mempraktekkan teknologi budidaya secara organik yang ramah lingkungan demi mewujudkan pertanian berkelanjutan. Mari perlahan kita tinggalkan praktek - praktek pertanian yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk kimia anorganik yang berlebihan.

Penggunaan pupuk kimia anorganik (sintetis) di Indonesia mulai berkembang pesat sejak dicanangkan program Bimbingan Massal (BIMAS) pada tahun 1968 dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian. Untuk memenuhi tujuan tersebut diperkenalkan teknologi intensifikasi pertanian yang dikenal dengan istilah Revolusi Hijau (green revolution). Revolusi hijau ini telah mampu mengubah sikap petani dari anti teknologi menjadi sikap mau memanfaatkan teknologi pertanian modern tersebut diatas.

Sejak diterapkan intensifikasi pertanian tersebut, konsumsi pupuk kimia/anorganik berkembang pesat karena varietas-varietas unggul baru yang responsif terhadap pupuk mengharuskan petani menggunakan pupuk kimia/anorganik. Program penyuluhan yang merupakan bagian dari paket program intensifikasi sangat berperan dalam mengubah persepsi petani dalam penggunaan pupuk. Demikian juga kebijakan subsidi harga pupuk kimia/anorganik oleh pemerintah juga merupakan faktor dominan yang ikut berperan dalam meningkatkan penggunaan pupuk kimia/anorganik. Penggunaan pupuk organik sejak diterapkannya program intensifikasi pertanian ini mengalami penurunan, terabaikan dan tertinggal.

Dalam kenyataannya, memang revolusi hijau tersebut telah mampu mencapai tujuan makronya yaitu peningkatan produktivitas, khususnya pada sub sektor pangan. Akan tetapi pada tingkat mikro, revolusi hijau (penggunaan pupuk kimia/anorganik) tersebut telah menimbulkan dampak negatif  yaitu:

  • Menurunnya tingkat kesuburan tanah yang diakibatkan karena adanya gangguan keseimbangan unsur hara dalam tanah;
  • Bagi kesehatan manusia kandungan residu kimia dalam produk pangan yang menggunakan pupuk kimia membahayakan tubuh manusia;
  • Tanaman menjadi sangat rawan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), meskipun produktivitasnya tinggi;
  • Pencemaran lingkungan (air) akibat residu kimia yang ditinggalkan. 

Indikasi yang terlihat terjadinya fenomena pelandaian produksi (leveling off) terhadap produktivitas pertanian, walau dosis pupuk kimia/anorganik telah dinaikan dosisnya.

Dari hasil berbagai penelitian – penelitian diketahui bahwa fenomena levelling off ini juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan hara dalam tanah. Pemupukan N, P dan K dari pupuk kimia anorganik secara terus menerus dalam takaran tinggi diyakini telah menyebabkan ketidak seimbangan hara dalam tanah, menekan unsur hara mikro seperti Cu dan Zn, serta menguras bahan organik tanah yang sangat berperan dalam aktifitas biologi tanah. 

Dengan uraian diatas maka memasyarakatkan penggunaan pupuk organik yang recycleable dan ramah lingkungan dalam proses budidaya pertanian menjadi sangat penting . Hal ini dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan produktivitas lahan dengan cara mengembalikan kesuburan tanah melalui penggunaan pupuk organik serta meningkatkan kualitas lahan pertanian secara berkelanjutan. Selain itu penggunaan bahan organik sebagai pupuk juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadai salah satu solusi untuk mengurangi limbah / sampah organik.  

Dari uraian tersebut diatas maka  perlu upaya merubah orientasi petani yang telah terbiasa menggunakan pupuk kimia anorganik kembali membiasakan penggunaan pupuk organik. Atau paling tidak mengurangi ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk kimia anorganik jika belum dapat melepaskan sepenuhnya. 

Mengajak Petani Membuat Kompos


Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat dan senyawa-senyawa organik lain. Asam humik dan asam fulvat. Kedua asam ini memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Pada intinya pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Fungsi fisika bahan organik adalah pengikat butiran primer menjadi butiran sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Hal ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air,aerasi dan temperatur tanah.

Meski secara kuantitatif pupuk organik sedikit mengandung unsur hara, namun fungsi kimianya yang penting antara lain (1). penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan hara mikro (Zn, Cu, MO, Co, Mn dan Fe). Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginak atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang berimbang; (2). Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah; (3). Dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam (Al, Fe dan Mn) yang meracuni tanaman serta menurunkan penyediaan hara.

Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara dan siklus hara dalam tanah. Dengan demikian pemberian pemberian pupuk organik pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Sekali lagi bahwa memasyarakatkan manfaat penggunaan pupuk organik sebagaimana uraian tersebut diatas sangat diperlukan. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, desiminasi melalui demplot-demplot, serta melalui penyuluhan menggunakan berbagai media (termasuk media internet), bimbingan, advokasi dan pendampingan melalui berbagai kelembagaan kelompok tani.

Ditinjau dari nilai ekonomis pupuk organik, pada bahan dasar pupuk organik non komersial dapat diperoleh dengan mudah tanpa biaya atau dengan biaya yang relatif rendah. Dengan demikian dapat menekan biaya produksi.

Bahan dasar pupuk organik non komersial dapat berasal dari sumber limbah pertanian insitu seperti sisa tanaman, limbah panen, pangkasan tanaman pagar atau tanaman lorong dalam budidaya alley cropping, pupuk hijau (seperti turi, sesbania, azzola, kudzu dll), tumbuhan liar (rumput, pakis-pakisan, lumut, eceng gondok dan lain - lain) serta kotoran dan urine hewan ternak. Selain itu sampah-sampah organik dari limbah rumah tangga juga dapat digunakan. Bahan – bahan tersebut dijadikan pupuk organik melalui teknologi pengomposan sederhana maupun dengan penambahan mikroba dekomposer maupun dibuat sebagai Pupuk Organik Cair (POC).

Dengan mudahnya mendapatkan bahan - bahan yang dapat dibuat pupuk organik, maka meskipun pembaca tinggal di daerah pedalaman sekalipun dapat dengan mudah membuatnya. Dalam blog saya ini sudah beberapa kali saya mengunggah bagaimana cara pembuatan pupuk organik yang mudah dibuat oleh siapapun.

Jadi... ayo mulailah gunakan pupuk organik pada usahatani anda... go green...   

 


Dari berbagai sumber