Penggunaan
pestisida dalam
pengendalian harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Gunakan pestisida bila
populasi/jumlahnya telah mencapai tingkat kerusakan/ambang ekonomi;
2.
Gunakan pestisida yang
berdaya bunuh selektif dengan konsentrasi dosis/takaran yang tepat;
3.
Gunakan pestisida yang
residunya pendek dan mudah terurai oleh faktor lingkungan;
4.
Gunakan pestisida pada
saat hama berada pada titik terlemah;
5. Gunakan pestisida bila
cara pengendalian lain sudah tidak efektif / ampuh dan efiisien lagi atau
dengan kata lain cara pengendalian lain tidak berhasil.
Tahapan memilih
pestisida yang akan digunakan untuk mengendalikan hama :
- Pastikan jenis hama yang menyerang tanaman dengan memperhatikan gejala serangan, bagian tanaman yang diserang (daun, batang, buah atau akar). Bila ragu bawa contoh bagian tanaman yang terserang beserta hamanya jika memungkinkan untuk ditanyakan kepada yang mengetahui;
- Cari informasi pestisida apa yang cocok untuk pengendalian hama yang menyerang tanaman;
- Pilih bentuk (formulasi) pestisida yang akan digunakan apakah cairan, butiran (granular) atau tepung. Jika dilihat dari pelayangan di udara maka bentuk butiran paling sedikit kemungkinannya untuk melayang di udara. Pestisida berbentuk cairan lebih kecil bahaya pelayangan di udara dibanding berbentuk tepung. Jika petani memiliki alat semprot lebih tepat memilih pestisida berbentuk cairan EC, WP atau SP. Jika tidak punya maka pestisida yang dipilih berbentuk butiran;
- Pilih pestisida dalam kemasan kecil yang isinya dapat habis dalam sekali pakai guna mengurangi bahaya keracunan selama penyimpanan.
Jenis - jenis pestisida berdasarkan organisme sasaran:
1. Insektisida (racun serangga)
2. Herbisida (racun rumput)
3. Fungisida (racun untuk mengendalikan penyakit akibat jamur)
4. Rodentisida (racun tikus)
5. Molusida (racun keong)
6. Bakterisida (racun untuk mengendalikan penyakit akibat bakteri)
7. Acarisida (racun tungau)
Sebelum
menggunakan pestisida perhatikan label/tulisan pada kemasan, brosur atau
leaflet. Gunakan pestisida sesuai dosis yang dianjurkan dalam kemasan,
jangan melebihi dosis. Biasanya pada kemasan terdapat lambang-lambang tertentu
(piktogram / diagram gambar) yang sangat berguna agar petani yang menggunakan
lebih waspada. Gambar
tersebut adalah sbb:
Cara insektisida membunuh serangga
hama yaitu:
1.
Meracuni lambung bila
insektisida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakan.
2. Insektisida kontak akan masuk tubuh hama serangga melalui kulit (kutikula).
Jadi harus langsung bersentuhan dengan hama yang disemprot.
3.
Insektisida masuk melalui pernapasan. Seperti insektisida untuk mengatasi
hama gudang.
Dalam melakukan penyemprotan pestisida perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Pilih volume / isi
tabung alat semprotan sesuai dengan luas areal yang akan disemprot. Jika
arealnya luas tabung alat semprotan kecil akan kurang tepat karena petani harus
sering mengisinya;
2.
Gunakan alat pengaman
(masker penutup hidung dan mulut, baju lengan panjang, sarung tangan, sepatu
boot dan jaket;
3.
Penyemprotan yang
tepat untuk golongan serangga sebaiknya saat stadium larva (ulat) dan nimfa
(serangga muda/anak) atau masih berupa telur. Serangga dalam stadium pupa dan
imago (serangga dewasa) umumnya kurang peka terhadap insektisida;
4.
waktu yang baik
dilakukan penyemprotan hama adalah waktu terjadi aliran udara naik yaitu jam
08.00 – 11.00 WIB (pagi hari) atau sore hari jam 3 – 6 sore. Jika terlalu pagi
atau sore mengakibatkan pestisida yang
menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering dan mengakibatkan
tanaman yang disemprot keracunan. Terlalu pagi
daun masih berembun sehingga pestisida yang disemprot tidak dapat merata. Jika
matahari terlalu terik akan mengakibatkan pestisida mudah menguap.
5.
Jangan melakukan saat
angin kencang karena banyak pestisida tidak mengenai sasaran;
6.
Jangan menyemprot
melawan arah angin karena bisa mengenai orang yang menyemprot
7.
Penyemprotan yang
dilakukan saat hujan akan membuang tenaga dan biaya sia-sia;
8.
Jangan makan, minum
dan merokok pada saat menyemprot;
9.
Alat semprot harus
segera dibersihkan setelah digunakan. Air bekas cucian jangan dibuang ke sungai
atau sumber air lainya;
10.
Segera mandi dengan
bersih menggunakan sabun dan pakaian yang digunakan segera cuci.
Jika terjadi keracunan pestisida dengan gejala tubuh terasa kurang enak,
misalnya pusing, mual, kulit panas, gatal, mata berkunang-kunang segera
hentikan kegiatan menyemprot. Juga apabila beberapa jam setelah menyemprot
pestisida tubuh terasa lemas, sulit tidur, gangguan perut, berkeringat tidak
wajar, gugup dan sebagainya. Langkah-langkah yang diambil yaitu:
1.
Bila pestisida masuk
mulut dan penderita sadar;
a. Muntahkan penderita
dengan mengorek dinding belakang tenggorokan dengan jari atau alat lain yang
bersih atau memberi air hangat yang dicampur 1 sendok makan garam. Pemuntahan
dilakukan secara terus menerus sampai keluar cairan jernih. Usahakan muntahan
tidak masuk ke paru-paru dengan cara posisi kepala lebih rendah dan menghadap
ke bawah;
b.
Jangan beri susu atau
minuman dan makan yang berlemak bila teracuni golongan klorhidrokarbon;
c. Beri susu atau putih
telur dalam air bila tertelan bahan korosif. Bila keduanya tidak ada dapat
diberi air putih;
d. Bila penderita kejang
jangan dilakukan pemuntahan. Baringkan dan beri bantal di bawah kepala
penderita. Buka kancing baju di sekitar leher agar pernapasan lancar.
2.
Bila pestisida
terhisap
a.
Bawa ke tempat terbuka
dan berudara segar bila penderita mengisap debu, bubuk, uap atau
butiran-butiran semprotan;
b.
Longgarkan pakaian dan
baringkan dengan dagu terangkat agar bernafas bebas;
c.
Gerakan tangannya naik
turun agar penderita bisa menghirup udara segar secara maksimal;
d.
Hubungi segera petugas
kesehatan.
3.
Bila mengenai mata;
Segera cuci mata dengan air bersih yang banyak secara terus menerus selama
15 menit. Tutup mata dengan kapas bersih.
4.
Bila tertelan dan
penderita tidak sadar;
a. Usahakan saluran
pernapasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lendir atau muntahan dan
bersihkan mulut dan air liur, lendir, sisa makanan dan lepaskan gigi palsu jika
ada;
b.
Baringkan penderita
dengan posisi tengkurap dan kepala menghadap ke samping;
c. Bila penderita
berhenti bernapas lakukan pernapasan buatan, namun bukan pernapasan dari mulut
ke mulut agar penolong tidak ikut keracunan;
d.
Bawa ke balai pengobatan
terdekat.
5.
Bila penderita kejang;
Longgarkan pakaian di sekitar leher, taruh bantal di bawah kepala, lepaskan
gigi palsu jika ada. Berikan ganjal antara gigi agar lidah dan bibir tidak
tergigit.
6.
Bila mengenai kulit.
a.
Bersihkan kulit yang
terkena dengan air mengalir dan sabun sampai bersih;
b.
Jangan oleskan bahan
apapun ke kulit yang terkena, terlebih yang mengandung minyak.
Penggunaan pestisida
nabati lebih dianjurkan karena lebih ramah lingkungan dan aman.