Jumat, 24 Juni 2022

AYO BERTANAM ORGANIK

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan 4 orang petani yang ingin belajar bertanam sayuran organik. Saya menyambut dengan senang hati karena saya salah satu dari sekian banyak orang yang sangat bersemangat mengajak petani untuk cenderung mengajak mereka perlahan-lahan meninggalkan ketergantungan akan input produksi kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida. Hal ini demi keberlangsungan pertanian berkelanjutan dan kesehatan si petani itu sendiri maupun konsumen.

Saat ini begitu banyak petani yang sangat mengandalkan pestisida dan pupuk an-organik karena anggapan mereka lebih praktis dan tidak repot, serta hasilnya segera terlihat. Dibutuhkan waktu, kesabaran dan tidak pernah bosan untuk mengajak siapa saja untuk mulai meninggalkan praktek budidaya yang  tidak ramah lingkungan.

Atas dasar itulah kali ini saya menyajikan materi ini dalam blog saya dengan harapan dapat mengguggah banyak petani untuk bertani organik. Go green...

Kesadaran untuk hidup sehat membuat makanan organik makanan organik seperti sayuran mulai dicari orang. Saat ini dikota-kota besar sudah mulai banyak dijumpai gerai-gerai organik yang menjual sayuran, ayam, telur dll yang dipelihara dengan metoda organik. Namun harga produk-produk organik masih dirasa mahal walaupun sebenarnya mahal itu relatif jika dibandingkan dengan biaya berobat.

Penerapan teknologi pertanian modern seperti penggunaan bibit unggul, pupuk kimiawi, dan pestisida kimia dalam intensifikasi penggunaan lahan menimbulkan degradasi lahan yang cukup besar sehingga mengakibatkan penurunan  produktivitas tanaman pertanian. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan untuk meningkatkan produktivitas tanaman telah mengakibatkan permasalahan tersendiri yaitu menurunnya kesuburan dan pemiskinan unsur hara tanah. Dengan menerapkan budidaya pertanian organik termasuk budidaya sayuran (menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati) dapat mengembalikan kesuburan tanah.

Kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia selain menimbulkan permasalah diatas, juga menyebabkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan pada manusia akibat dari residu kimia yang terserap oleh bahan pangan. Seperti bahan kimia yang terdapat dalam insektisida dapat menimbulkan gangguan kesehatan baik secara langsung maupun dalam jangka waktu yang panjang.

Racun yang terkandung dalam pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan hasil pertanian dan peternakan yang tercemar pestisida, air yang tercemar, ataupun dari udara yang dihembuskan dari daerah pertanian yang melakukan penyemprotan hama.
Sistem pertanian organik diartikan sebagai kegiatan usahan tani secara menyeluruh sejak proses (prapanen) sampai proses pengolahan hasil (pasca panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.
Prinsip pertanian organik yaitu ramah lingkungan, tidak mencemari dan merusak lingkungan. Cara yang ditempuh agar tujuan itu tercapai antara lain:

  1. Memupuk dengan pupuk organik padat (kompos/pupuk kandang/guano)
  2. Memupuk dengan pupuk organik cair (POC) dan pupuk hayati
  3. Memupuk dengan pupuk hijau
  4. Mengaplikasikan pestisida nabati 
  5. Mempertahankan dan melestarikan habitat tanam dengan pola tanam polikultur.
Untuk cara membuat kompos, POC dan pestisida nabati dapat dilihat dalam postingan sebelum - sebelum ini di blog saya ini.


         Kelebihan dan kekurangan Sistem Pertanian Organik
Kelebihan dari sistem pertanian organik:

  1. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida anorganik sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik tanah, air dan udara serta produksi tidak mengandung racun yang membahayakan kesehatan;
  2. Tanaman organik memiliki rasa yang lebih manis, lebih renyah dan tidak mudah patah dibanding tanaman anorganik
  3. Daya simpan lebih lama dibanding dengan produk tanaman anorganik
  4. Produk tanaman organik lebih mahal
Kekurangan dari sistem organik:
  1. Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit. Umumnya pengendalian hama/penyakit dilakukan manual/mekanik dan menggunakan pestisida nabati yang perlu dibuat sendiri. Hingga saat ini di pasar belum ada yang menjual pestisida nabati;
  2. Penampilan fisik tanaman organik umumnya kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan berlubang-lubang daunnya jika dimakan hama) dibanding produk tanaman anorganik.

Sumber:
Ir. Pracana. Seri Agriisnis. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag.




Jumat, 10 Juni 2022

PERSEMAIAN PADI SAWAH

Untuk memperoleh bibit padi sawah dapat dilakukan dengan cara persemaian basah dan kering. Pemilihan metode persemaian tergantung dengan jumlah benih yang disemai atau kebiasaan petani setempat. Umur bibit yang siap dipindahkan atau ditanam bergantung pada metode tanamnya apakah umur 15 - 21 hari, atau metode SRI yang memerlukan bibit umur 7 - 10 hari, ataupun metode Hazton yang memerlukan bibit tua (25 - 35 hari semai).

PERSEMAIAN BASAH
Persemaian basah memiliki kelebihan yaitu dapat menampung benih dalam jumlah besar. Persemaian basah memiliki beberapa kekurangan yaitu:
  • Memerlukan tempat yang luas sehingga waktu yang dibutuhkan dan tenaga kerja yang        lebihan banyak dalam menyiapkan media;
  • Pengontrolan bibit padi yang kurang terpantau;
  • Untuk mencabut dan memindahkan bibit dari persemaian ke lahan sawah memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak.

Lokasi persemaian sebaiknya dalam hamparan yang luas agar mudah pemeliharaannya dan diupayakan dekat dengan sumber air dan memiliki drainase yang baik serta aman dari gangguan bianatang, mudah diairi, dan persemaian terkena sinar matahari langsung tetapi tidak dekat dengan sinar lampu yang dapat mengundang serangan hama dimalam hari.

Tahap Persemaian Basah
Tanah untuk persemaian diolah dengan cara dibajak dan digaru serta diberi pupuk organik sampai tanah dalam kondisi melumpur sedalam kira-kira 20 cm. Bedengan persemaian dibuat lebar 1,0 - 1,5 m setinggi sekitar 10 cm dan panjangnya bervariasi tergantung keadaan lahan.  

Benih yang telah direndam dan diperam kemudian ditabur merata. Saat tabur benih kondisi persemaian macak - macak. Setelah bibit tumbuh perlu dilakukan pemupukan jika bibit kurang subur dengan menggunakan urea dosis 40 gram/m2. Apabila terserang hama maka perlu dikendalikan. Jika tidak ada Urea dapat diganti dengan pupuk yang disemprotkan melalui daun.


5 hari setelah benih ditabur, persemaian diairi setinggi kira - kira 1 cm selama 2 hari. Setelah itu persemaian diairi terus menerus setinggi kira - kira 5 cm.

Sebelum bibit dicabut lahan persemaian perlu digenangi air selama 1 hari antara 2 - 5 cm agar tanah menjadi lunak sehingga bibit mudah dicabut dan tidak rusak.




Persemaian basah juga dapat dibuat modifikasi sistem dapok untuk memudahkan saat penanaman. Cara persemaian sistem dapok sebagai berikut:

  1. Guludan dibuat berukuran lebar 1,0 - 1,2 m memanjang sesuai lahan. Guludan/          bedengan dialas plastik, karung atau daun pisang agar akar tidak tembus ke dalam      tanah.
  2. Cetakan dapok dapat dibuat dari reng seng berukuran panjang sekitar 180 cm dan lebar 80 cm. Cetakan dapok disekat menjadi 12 bagaian berukuran 30 x 40 cm. Cetakan ditaruh di atas guludan yang telah dialas
  3. Media semai dibuat dari campuran tanah, pupuk organik dan sekam padi dengan perbandingan 7:2:1 kemudian diaduk rata. Setelah media dapok selesai diisi kemudian diratakan.
  4. Benih padi yang sudah diperam ditabur merata.

  5. Persemaian disiram air kemudian ditutup dengan daun pisang, karung atau terpal untuk menghindari burung.
  6. Pada umur 5 hari penutup persemaian dibuka. Aplikasikan pupuk urea di persemaian pada iumur 7 hari dengan dosis 40 gram/m2.
  7. Bibit siap dipindahkan sesuai metode tanam yang dipilih.



PERSEMAIAN KERING
Persemaian kering memiliki beberapa kelebihan yaitu:
  • Mudah menyiapkan media semai;
  • Mudah dalam perawatannya;
  • Mudah dalam pencabutan bibit dan tidak memerlukan waktyu yang lama;
  • Mudah dibawa ke sawah saat pindah tanam;
  • Tenaga kerja yang diperlukan sedikit.
Kelemahannya kurang dapat menampung benih dalam jumlah besar. Tetapi jika mau meluangkan tambahan sedikit tenaga kerja, maka semaian kering tidak hanya bisa untuk metode SRI yang membutuhkan bibit yang sedikit, tetapi juga dapat digunakan untuk tanam 2 -3 bibit per lubang tanam.

Tahapan Pembuatan Semaian Kering

a.  Persiapan Wadah Semai
Untuk wadah semai dapat menggunakan plastik/daun pisang/sak semen/nampan plastik/besek bambu atau keranjang. Jika menggunakan plastik, daun pisang atau sak semen maka dihamparkan di tanah. Kemudian semua bagian sisinya ditahan menggunakan batang kayu agar tanah yang digunakan untuk persemaian dapat ditahan dengan baik.

b.  Persiapan Media Semai
Media semai dapat menggunakan tanah dicampur pupuk organik dengan perbandingan 3:1. Pastikan pupuk organik yang digunakan benar - benar matang karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Cara mengecek pupuk organik matang atau tidak adalah dengan memasukan pupuk organik ember yang berisi air. kemudian tunggu sampai pupuk mengendap dan lihat, jika bening berarti pupuk organik matang dan siap digunakan. Kemudian media semai dimasukan ke dalam wadah semai dan diratakan.

c.  Persiapan Media Semai
Benih yang sudah direndam dan diperam disebar merata di permukaan media dengan kepadatan 0,6 - 0,7 kg/m2. Siram dengan air secukupnya. Kemudian tutup persemaian dengan karung plastik atau terpal atau daun pisang. 

d.  Pemeliharaan
Setelah benih tumbuh kira - kira 2 cm (4 hari setelah semai) penutup dibuka. Penyiraman dilakukan 2x sehari (melihat kondisi cuaca). Setelah tutup dibuka maka penyiraman dilakukan 1 hari sekali. Bibit siap ditanam sesuai metode tanam yang dipilih.

PERSEMAIAN KERING MENGGUNAKAN SAK SEMEN


e.  Pengangkutan dan Pencabutan
Bibit siap ditanam cukup dibawa dengan wadahnya jika menggunakan wadah selain daun pisang. Pencabutan benih tidak memerlukan banyak tenaga kerja.  



Sumber:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Teknologi Produksi Padi Sawah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Teknologi Budidaya Padi.
Penerbit Kanisius. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah.
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/pembibitan/persemaian padi dengan cara basah

Jumat, 20 Mei 2022

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DALAM PEMBUATAN KOMPOS

Saya pernah memposting cara pembuatan kompos dalam blog ini. Kali ini saya akan membahas hal - hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kompos. Beberapa petani yang telah membuat kompos pernah menemukan masalah yang mempengaruhi pembuatan kompos miliknya. Saya mengutip dari beberapa sumber dan sudah saya praktekkan di petani saya dan berhasil mengatasi masalah - masalah yang dihadapi mereka.

Pengomposan merupakan proses menurunkan perbandingan (rasio) antara karbon dan nitrogen (C/N) dari bahan - bahan yang akan dibuat kompos, dimana biasanya memiliki C/N yang tinggi melebihi 50%. Nilai rasio yang diperlukan adalah mendekati atau sama dengan nilai rasio C/N tanah (10  - 12 %). Semua tanaman hanya bisa menyerap hara dari zat yang mempunyai rasio C/N yang nyaris sama dengan tanah. untuk itu agar dapat diserap oleh tanaman maka bahan - bahan sisa tanaman/ternak harus dikomposkan.

Dalam pembuatan kompos ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecepatan pengomposan, antara lain:
  1. Bahan Kompos Yang Digunakan; bahan tanaman berkayu keras sangat sulit hancur sehingga akan menyebabkan lamanya proses pengomposan. Untuk mempercepat proses pengomposan dianjurkan menggunakan bahan yang lunak seperti jerami, daun, rumput, batang pisang dll.
  2. Ukuran Besar Kecilnya Bahan Kompos; semakin kecil ukuran bahan yang akan dibuat kompos maka akan mempercepat pematangan kompos. Begitu pula sebaliknya jika bahan berukuran besar akan memperlambat pematangan kompos.
  3. Jumlah Pengurai Kompos (Dekomposer); jumlah dekomposer yang digunakan sangat mempengaruhi pengomposan. Semakin banyak mikroba pengurai kompos maka kompos cepat matan.
  4. Suhu, Kelembaban Dan Air; Agar proses pelapukan dan penguraian bahan kompos dapat berlangsung maka diperlukan suhu optimal yaitu antara 40 - 60͒०C. Kelembaban juga berpengaruh besar. Apabila tumpukan kompos kurang lembab (kekurangan air) maka cendawan akan muncul dan prosesnya pun akan berjalan lambat. Tetapi juga tidak boleh terlalu basah.
Kunci dalam pembuatan kompos yang baik:
  1. Rasio C/N; campuran dari daun kering, serbuk gergaji atau bahan karbon lainnya digabung dengan kotoran hewan atau tanaman hijau adalah 4:1 dari volume;
  2. Tingkat Kelembaban;  tumpukan kompos sebaiknya memiliki tingkat kelembaban seperti spon yang habis diperas (tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering);
  3. Tingkat Oksigen;  tumpukan kompos sebaiknya dibalik secara teratur agar lebih cepat hancur. Dengan pembalikan berarti akan menambah oksigen. Lebih sering dibalik maka proses pengomposan akab lebih cepat;
  4. Ukuran Bahan; sebaiknya bahan dicacah menjadi ukuran lebih kecil agar pengomposan berlangsung lebih cepat.
Masalah - masalah yang sering timbul dalam pembuatan kompos dan solusinya:
  1. Tumpukan kompos yang lembab dan hangat hanya pada bagian tengah saja; hal ini disebabkan karena tumpukan terlalu kecil/sedikit atau karena cuaca yang dingin sehingga memperlambat proses pengomposan. Solusinya buat tumpukan kompos minimal setinggi 1 meter dan lebarnya 1 meter juga.
  2. Daun-daun menjadi lengket dan rumput tidak terurai; hal ini disebabkan tidak cukup aliran udara atau kurang lembab. Solusinya  hindari tumpukan satu jenis bahan yang terlalu tebal. Variasikan bahan pembuat kompos dan aduk tumpukan.
  3. Kompos tidak mau hangat; kombinasi kesalahan pada poin 1 juga dapat menyebabkan tidak mau hangat. Campur aduk tumpukan dan siram dengan air jika terlalu kering agar lembab. Pastikan bahan kompos memiliki sumber nitrogen seperti kotoran hewan, potongan rumput dll.
  4. Kompos berbau seperti mentega asam atau telur  busuk; hal ini karena tumpukan kompos kekurangan oksigen, terlalu basah dan terlalu padat. solusinya tumpukan kompos diaduk. Tambahkan bahan yang kering dan kasar seperti jerami, dedak atau daun kering agar menyerap kelebihan air, tunggu agak kering kemudian diaduk kembali;
  5. Kompos berbau amoniak; mungkin disebabkan kurangnya bahan karbon dalam kompos. solusinya tambahkan bahan - bahan karbon seperti sekam padi, jerami, daun kering dll.
Semoga sukses ya dalam membuat kompos...go organic...


Sumber: 
Hery Soeryono. Kiat Pintar Memproduksi Kompos dengan Pengurai Buatan Sendiri
Nurheti Yuliarti. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik.

Jumat, 13 Mei 2022

BENIH DAN SELEKSI BENIH PADI


Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat hasil tanaman adalah benih. Benih bersama dengan sarana produksi lainnya seperti pupuk, air, cahaya, iklim menentukan tingkat hasil tanaman. Meskipun tersedia sarana produksi lain yang cukup, tetapi bila digunakan benih bermutu rendah maka hasilnya akan rendah. Benih bermutu mencakup mutu genetis, yaitu penampilan benih murni dari varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetis dari tanaman induknya, mutu fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih yaitu penampilan benih secara prima dilihat secara fisik seperti ukuran homogen, bernas, bersih dari campuran, bebas hama dan penyakit, dan kemasan menarik.

Penggunaan benih bermutu dan bersertifikat sangat disarankan, karena mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak,
2. benih bermutu akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam sehingga panen lebih serempak
3. ketika ditanam pindah, bibit dari benih bermutu dapat tumbuh lebih cepat dan tegar, dan
4. tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, tahan terhadap stres lingkungan
5. benih bermutu akan memperoleh hasil yang tinggi

Selama ini petani yang sudah menggunakan benih bermutu jumlahnya terbatas, terutama karena adanya bantuan pemerintah, sedangkan jika tidak ada bantuan lebih banyak menggunakan gabah hasil panen.
Produktivitas varietas sangat bergantung pada genotype (komposisi gen yang dimiliki varietas) dan kondisi lingkungan tumbuh (interaksi genotype dengan lingkungan). Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penampilan varietas antara lain kesuburan fisik dan kimiawi tanah, iklim, keberadaan hama dan penyakit, teknik budidaya yang digunakan.

Ciri-ciri benih bermutu yaitu: 
- Varietasnya asli 
- Benih bernas dan seragam 
- Bersih, tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman lain 
- Daya berkecambah dan vigor tinggi sehingga dapat tumbuh baik jika ditanam di sawah 
- Sehat, tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama. 

Benih berlabel merupakan benih yang sudah lulus proses sertifikasi yang merupakan salah satu bentuk jaminan mutu benih. Kelas benih dalam sistem sertifikasi meliputi : 
- Benih Penjenis/Bredeer seed (BS) 
- Benih Dasar/Foundation seed (FS) 
- Benih Pokok/Stock seed(SS) 
- Benih Sebar/Extention seed (ES) 
Hasil gambar untuk label benih bersertifikat

Benih penjenis (BS) yaitu benih yang terdapat pada urutan pertama pada kelas benih dalam sistim sertifikasi, benih penjenis(BS) ditandai dengan pemberian label warna kuning. Benih ini langsung terdapat pada pemulia tanaman. Kemudian turunan dari benih penjenis(BS) adalah benih dasar(FS), benih dasar adalah benih yang di perbanyak oleh balai benih induk (BBI), benih ini ditandai dengan pemberian label warna putih.kemudian turunan dari benih dasar (FS) adalah benih pokok (SS). Benih pokok (SS) yaitu benih turunan ke tiga dari kelas benih dalam sistem sertifikasi benih yang di tandai dengan pemberian label warna ungu, benih ini di perbanyak oleh penangkar-penangkar benih untuk di turunkan menjadi benih sebar (ES). Benih yang di jual di pasaran atau yang di gunakan petani adalah benih sebar (ES). Benih sebar adalah benih turunan ke empat dari kelas benih atau benih turunan terahir, benih ini di tandai dengan pemberian lebel warna biru, dan benih ini hanya bisa dilakukan satu kali penanaman.

SELEKSI BENIH 
Cara yang sederhana yang biasa dilakukan petani untuk menyeleksi benih adalah dengan ditampih. Ada juga yang dengan cara direndam dalam air kemudian yang tenggelam kita gunakan untuk benih. Namun dengan kedua cara tersebut benih yang dihasilkan masih kurang memuaskan. 

Untuk memisahkan benih yang bernas dari benih yang gabuk (jelek) sebenarnya ada cara yang sangat sederhana yaitu menggunakan larutan pupuk Amonium Sulfat (ZA), atau larutan garam. Apabila menggunakan larutan pupuk ZA dibuat dengan konsentrasi 225 gram ZA/liter air. 

Jika menggunakan garam dibuat larutan dengan konsentrasi 3%. Volume larutan tergantung jumlah benih yang akan dipakai untuk pesemaian. Atau berikut ini tahapan seleksi menggunakan air garam: 1. Siapkan air bersih kurang lebih 5 liter 
2. Larutkan garam dapur kurang lebih 1 - 2 bungkus kedalam air tersebut 
3. Masukkan telur mentah kedalam larutan garam tersebut 
4. Jika telur tersebut masih tenggelam tambahkan garam lagi sampai telur tersebut terapung 
5. Sisihkan telur dari ember dan masukkan gabah yang akan kita gunakan untuk benih 
6. Benih terapung dibuang, dipisahkan dengan benih yang tenggelam. Setelah itu benih dicuci bersih direndam 24 jam, diperam satu malam dan siap untuk tabur/semai

Hasil gambar untuk SELeksi benih padi dengan air garamHasil gambar untuk SELeksi benih padi dengan air garam



Sumber: 
http://www.umy.ac.id/fakultas-pertanian/ Ir. Sarjiyah, MS. pentingnya-penggunaan-benih-bermutu-untuk-peningkatan-produksi-pertanian.html
http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=340:mengenal-karakteristik-varietas-unggul-padi-sawah&catid=15:info-teknologi.

Jumat, 22 April 2022

PENGENDALIAN GULMA PADI SAWAH


Gulma pada tanaman padi selalu menjadi masalah karena mengganggu tanaman padi, akan tetapi sering kali petani terlambat dalam melakukan pengendalian gulma. Gulma adalah salah satu kendala utama dalam memperoleh hasil yang tinggi dalam budidaya padi sawah. Persaingan gulma dengan padi dalam stadia pertumbuhan hingga masa pematangan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap penurunan hasil panen.
Gulma dapat menurunkan hasil panen karena adanya persaingan antara gulma itu sendiri dengan padi yaitu dalam hal pengambilan unsur hara, air dan cahaya serta berpotensi sebagai inang bagi hama/penyakit. Dengan membiarkan gulma tumbuh tanpa dikendalikan, jelas kerugian akan petani dapatkan termasuk kerugian akibat peledakan hama dan penyakit.

Penyebaran gulma dapat terjadi melalui :
1. Melalui benih yang terkontaminasi dengan biji gulma.
2. Perantara hewan yang membawa biji pada saluran pencernakan atau bulu dan kotoran.
3. Melalui pupuk kandang yang kurang matang.
4. Melalui sisa tanaman pada waktu panen, khususnya yang dilakukan dengan mesin.
5. Penyebaran melalui angin.
6. Penyebaran melalui air irigasi.

Gulma secara umum dapat dibedakan 3 golongan yaitu :
1.       Golongan Rumput ( Grasses ).
Rumput pada umumnya berdaun panjang, lurus , urat- urat daunnya sejajar batangnya bulat dan berongga contohnya al : Echinochloa colonum ( L ) Link. Jejagoan leutik      ( sunda ), Tuton ( Jawa ) Echinochloa erusgalli ( P ) Beauv. Jajagoan ,Gagajahan ( sunda ), Jawan.( jawa).
2.       Golongan Teki ( Sedges )
Tumbuhan ini hampir serupa dengan rumput, bedanya adalah daunnya berjajar tiga dan batang nya berbentuk segi tiga serta tidak berongga. Kerapkali mempunyai rhizoma     (   akar tinggal ), yang berbeda - beda bentuknya sesuai dengan fungsinya, yakni untuk penyimpanan makanan dan untuk pembiakan . Contohnya : . Cyperus difformis L. Jakut papayungan ( sunda ) Welut  ( jawa) . Fimbristylis miliaecae Wahl ( F. littoralis Gaudich) Tumbaran ( Jawa )

3.       Golongan Berdaun lebar ( broad leaves )
Tumbuhan ini pada umumnya berdaun lebar contohnya :
Marsilea crenata Prest. Semanggi ( sunda ) Semanggen   ( Jawa )Monochoria vaginalis ( Burm .f ) Presl. Enceng lembut ( sunda ), Bengok ( Jawa )

Pada lahan yang terus menerus tergenang maka gulma yang paling banyak dijumpai yaitu adalah gulma air seperti eceng, semanggi, jajagoan dan jujuluk.

Beberapa cara pengendalian gulma adalah sebagai berikut:
A.      Pengendalian Langsung
1.        Manual
Pengendalian dilakukan dari tanam sampai < umur tanaman (± 40 hari) dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu kerja. Biasanya rumput dicabut dengan tangan lalu dibenamkan dalam lumpur. Untuk jenis gulma yang tidak mati dengan pembenaman dikumpulkan dan dijemur di pematang sawah hingga kering baru dibenamkan. Cara ini terbukti efektif, karena dapat mengendalikan gulma yang berdekatan ataupun dalam rumpun tanaman padi. Kelemahan pengendalian gula dengan cara ini adalah memerlukan banyak tenaga kerja.
2. Mekanis
Pengendalian dilakukan dengan alat bantu kerja yang berupa gasrok atau landak. Cara pengendalian ini cukup efektif dan cepat, tetapi tidak mampu mengendalikan gulma yang tumbuh berdekatan maupun di dalam rumpun tanaman padi. Hasil penelitian pada PTT menunjukkan bahwa penyiangan dengan cara ini cukup efektif dan bahkan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman. Akar rambut yang tua dirusak oleh alat penyiang sehingga merangsang pertumbuhan akar rambut baru. Akar rambut baru tersebut dapat menyerap usur hara lebih efisien dari dalam tanah.


B.      Kultur teknis
1.     Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
2.    Budidaya pertanaman
Pada budidaya padi pengolahan tanah, penggunaan benih yang murni (bebas dari benih gulma), sistem pengairan, dan varietas padi mempunyai peran dalam mengendalikan gulma secara tidak langsung.

C.     Biologis
Anak itik yang dibiarkan beberapa hari di lapangan dapat menggantikan cara pengendalian gulma dengan tangan pada padi sawah.

D.     Kimiawi
Penggunaan herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma di lahan persawahan harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6 (enam) tepat, yaitu:
- Tepat mutu
- Tepat waktu
- Tepat sasaran
- Tepat takaran.
- Tepat konsentrasi
- Tepat cara aplikasinya

Selain itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan aman bagi lingkungan. Untuk itu, herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya (kontak atau sistemik), selektivitasnya (selektif atau tidak selektif), dan waktu aplikasinya (pra-tumbuh atau pasca-tumbuh).

Kadang-kadang herbisida itu juga dapat mengenai padi, sehingga daun padi akan menguning untuk sementara sebelum sembuh kembali setelah diberi pupuk susulan.

Setiap tanaman mempunyai periode kritis dalam persingannya dengan gulma. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman tersebut yang umumnya periode kritis tersebut sejak tanaman tumbuh hingga sepertiga pertama dari siklus hidup tanaman. Pada padi,periode kritis persaingan dengan gulma hinga tanaman berumur 40 hari pertama dari siklusnya. Penggunaan herbisida sebaiknya lebih banyak dilakukan di periode kritis tersebut.

Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dengan cara disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Jenis herbisida lainnya adalah herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide) yang diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.

Jenis gulma rumput adalah spesies yang sulit dikendalikan dikarenakan mempunyai sifat yang hampir sama dengan tanaman padi. Herbisida dengan bahan aktif butaklor, oksadiason, klometoksinil, pretilaktor dan kuinklorak diyakini mampu mengendalikan gulma rumput. Herbisida fenoksi efektif mengendalikan gulma berdaun lebar dan teki.


Sumber:
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10251/cara-pengendalian-gulma-tanaman-padi-sawah




Jumat, 18 Maret 2022

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI



Penggerek batang padi merupakan salah satu hama penting padi. Ada 4 yaitu Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas WKL), Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata WKL), Penggerek Batang Padi Bergaris (Chilo supressalis WKL) dan Penggerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferens WKL).


Gejala Serangan:
a.       SUNDEP
-      Sundep merupakan gejala serangan pada fase vegetatif (tanaman padi belum menghasilkan malai).
-      Gejalanya bisa dibedakan menjadi 2 yaitu:
     1.  Ulat (larva) masuk melalui tulang daun, maka terlihat tulang daun dekat pangkal daun patah dan berwarna coklat serta ujung daun  berwarna kuning. Bila tulang daun dibelah biasanya ditemukan ulat (larva)  sebanyak 5 – 10 ekor yang berjajar sepanjang tulang daun tersebut  dan    sebagian
sudah mulai masuk dalam batang.
        2.    Bila ulat (larva) sudah masuk ke dalam batang dan memakan titik tumbuh maka batang/pucuk yang baru keluar terus menggulung (layu), warna daun pucuk berangsur-angsur menjadi kuning/merah akhirnya kering dan mati dan mudah dicabut. Bila batang dibelah akan dijumpai beberapa ulat (larva).



-  Penampakan gejala sundep ini sangat jelas terlihat berkelompok (tergantung kepadatan kelompok telurnya). Jika jumlah kelompok telurnya jarang maka spot (titik) merah sundep terlihat jelas, tapi jika kelompok telur banyak maka kurang jelas terlihat.

b.      BELUK
-    Beluk merupakan gejala serangan pada fase generatif (sudah menghasilkan malai)  dengan gejala matinya malai akibat tangkai malai terpotong total oleh gerekan hama penggerek batang padi. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna putih abu-abu dan bulirnya hampa. Malai tersebut mudah dicabut.



-      Serangan pada padi yang sedang berbunga maka beluk yang timbul akan berwarna putih dan hampa.
-      Serangan yang terjadi pada saat pengisian bulir, biasanya sebagian bulir  akan berisi dan sebagian lagi hampa.
-    Urutan gejalanya : “ditandai dengan perubahan warna bulir padi dari hijau segar menjadi hijau pucat terutama bagian pinggir dan ujungnya. Lebih lanjut bulir menjadi berwarna putih seluruhnya.
       Waktu yang dibutuhkan dalam urutan gejala tersebut 4 – 7 hari dan terlihat serentak pada 7 – 10 hari setelah pembungaan.

Cara Pengendalian:
a.    BUDIDAYA / KULTUR TEKNIK
1.       Tanam Serempak
-           Selisih waktu tanam paling lambat 2 minggu dan selisih panen paling lama waktu panen.
-           Jumlah generasi penggerek batang akan lebih sedikit pada padi yang ditanam serempak.
2.       Pergiliran Tanaman
-      Untuk memutuskan siklus hidupnya dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman.
-    Caranya dengan menanam minimal 1 kali tanaman selain padi setelah lahan tersebut ditanami padi.
3.       Menghindarkan kelebihan pemakaian pupuk N (seperti urea).

b.    FISIK DAN MEKANIK
1. Mengumpulkan kelompok telur terutama di persemaian padi. Apabila kelompok telur yang dikumpulkan terparasit, maka parasit-parasit tersebut dilepaskan kembali ke lapangan. Sedangkan ulat (larva) yang keluar dari telur dimusnahkan.
2.     Menggunakan perangkap serangga, seperti perangkap cahaya.
3.    Penyabitan tanaman padi serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen.
4.  Pemusnahan dilakukan dengan cara membabat dan mengumpulkan jerami untuk dibenamkan ke dalam tanah pada waktu pengolahan tanah.

c.     HAYATI / ALAMI
-    Contoh musuh alami penggerek batang padi  yaitu parasit telur berupa lebah atau tabuhan kecil Tetratichus sp, Telenomus sp, Tricogramma sp.

d.    KIMIAWI
-   Penggunaan insektisida dilakukan apabila cara-cara lain tidak mungkin lagi dan populasi/jumlah penggerek batang padi sudah berada ambang ekonomi. Penaburan Karbufuran 3 % dengan dosis 17 kg/hektar apabila ditemukan rata-rata 3 kelompok telur per  10 Meter persegi atau intensitas serangan sundep rata-rata 5 % dan beluk lebih besar dari 2 % dengan ketentuan sekurang-kurangnya 20 hari setelah pemberian insektisida butiran dan selambat-lambatnya 3 minggu sebelum panen.

-      Insektisida yang digunakan antara lain yaitu: Dharmafur 3 G, Furadan 3 G, Currater 3 G,  Karphos 25 EC, Marshal 200 EC, Padacin 2/3 G, Tomafur 3 G, Kempo 400 SL, Bancol 50 WP, Bancol 4 G, Indofuran 3 G, Petrofur 3 G, Regent 0,3 G, Spontan 400 WSC.

-      Insektisida nabati untuk penggerek batang padi :
Bahan:
        Biji Mimba                           50 gram
        Alkohol                                 10 cc
        Air                                           1 Liter
                                                                                
        Cara membuat:
        Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan 10 cc alkohol, kemudian dicampur dengan 1 liter air. Larutan diendapkan semalam. Keesokan harinya larutan disaring.

        Cara pemakaian:
     Semprotkan cairan insektisida tersebut pada tanaman yang terserang. Hama tidak langsung mati segera setelah disemprot, tetapi memerlukan waktu antara 2 – 3 hari untuk mati.