Minggu, 24 Desember 2017

PENGELOLAAN PADI SAWAH DI LAHAN CETAKAN / BUKAAN BARU


Penyusutan lahan sawah produktif dari tahun ke tahun terus meningkat dan semakin tidak terkendali. Hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Sintang tempat saya berdomisili. Biasanya lahan sawah dialih fungsikan menjadi lahan kebun karet atau sawit serta menjadi perumahan. 
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah berupaya mencetak sawah baru. Dukungan perluasan lahan sawah diharapkan membantu petani dalam penyediaan lahan sawah dan dapat dikelola secara berkelanjutan. Sawah bukaan baru di tempat saya merupakan lahan gambut dengan vegetasi hutan sehingga merupakan kerja berat untuk mewujudkan menjadi sawah yang layak ditanami dan mempunyai tingkat produktifitas yang normal sebagaimana umumnya sawah yang sudah dikelola dengan baik.

Lahan Sawah Bukaan Baru Masih Banyak Tunggul Pohon

PERMASALAHAN LAHAN SAWAH BUKAAN BARU
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa sawah bukaan baru memerlukan waktu yang sangat panjang agar dapat berproduksi optimal. Tanpa pengelolaan yang tepat mengakibatkan hasil padi sangat rendah dan sawah bukaan baru akan   berproduksi   stabil   setelah 10-15 tahun. Keadaan ini akan berdampak kurangnya animo petani untuk berusahatani padi sawah di lahan bukaan baru.
Dalam pembukaan lahan sawah baru ini akan dihadapkan pada masalah yang sangat serius yaitu:
-       Keracunan besi (Fe) terhadap tanaman padi yang dapat menyebabkan gagal panen. Keracunan besi ini akan tetap muncul setiap musim tanam, jika lahan tidak dikelola sesuai dengan teknik pengelolaan yang tepat.

Penggenangan dapat meningkatkan kelarutan ion Fe menjadi 600 kali lipat dalam tempo 30 hari yang memunculkan masalah keracunan besi.
-        Tingkat kesuburan tanah yang rendah.

PENGELOLAAN DI LAHAN CETAKAN/BUKAAN BARU
 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Teknologi Lado-21 dapat mengatasi permasalahan di lahan sawah bukaan baru. Tetapi tidak semua bagian dari Teknologi tersebut dapat diterapkan di lahan bukaan baru. Berikut ini tahapan pengelolaan padi sawah di lahan bukaan baru:

1.     Pemilihan Varietas (Jenis) Padi Yang Cocok
-    Untuk memperkecil kemungkinan keracunan besi maka dipilih varietas padi yang lebih toleran/tahan. Walaupun pada kenyataannya tidak ada varietas yang tahan terhadap cekaman zat besi (Fe) yang tinggi.

-     Varietas yang agak tahan yg sudah beredar di Kabupaten Sintang contohnya: Cibogo, Inpara 2,3,6,7, Lambur,  dan varietas padi lokal.

-       Yang pernah dicobakan di pulau Sumatera yaitu varietas Batang Piaman, Batang Lembang, IR 66, IR64, Punggur, Sintanur dan Ciujung.

2. Pengolahan Tanah dan Cara Tanam
-     Umumnya pengolahan tanah dengan menggunakan traktor pada sawah bukaan baru di Kabupaten Sintang belum semua bisa dilakukan, mengingat masih banyak tunggul kayu. Jika bisa dibajak maka lahan dibajak satu kali dan dihaluskan sampai melumpur.
-   Jika masih banyak tunggul kayunya dapat dilakukan dengan Tanpa Olah Tanah (TOT), yaitu lahan dibersihkan dari rumput dengan menggunakan herbisida.
-     Cara tanam padi (baiknya gunakan metode legowo) :
a.       Tanam pindah (Tapin) dimana benih disemai terlebih dahulu kemudian bibit ditanam dilahan.

MENANAM BIBIT PADI SISTEM LEGOWO DI LAHAN BUKAAN BARU

b.       Tanam Benih Langsung (TABELA)
Ø  TABELA dapat dilakukan dengan cara sebar langsung, cicil dan larikan atau menggunakan alat tabela (Atabela). Benih padi terlebuh dahulu direndam 2 hari, 1 hari di peram dalam karung.
Ø  Jika masih banyak tunggul kayu dapat menggunakan tali untuk menandai baris tanaman.

TALI UNTUK  MENANDAI BARIS TANAM SISTEM LEGOWO

Ø  Tanam cicil memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding cara tanam sebar langsung maupun tanam pindah. Tanam cicil bisa menggunakan 3-5 biji/lubang tanam. 




TABELA SISTEM CICIL



3. Sistem Pengelolaan Air
-        Pengelolaan air merupakan komponen teknologi yang paling menentukan dalam mengendalikan keracunan besi.
-    Jika air pada sawah dapat diatur maka pengaturan air dilakukan dengan cara menjaga lahan dalam keadaan lembab (kapasitas lapangan) pada fase awal pertumbuhan tanaman. Keadaaan lembab membuat perkembangan perakaran akan lebih sempurna dan penyerapan hara akan lebih tinggi sehingga pada fase berikutnya tanaman akan tahan/toleran terhadap cekaman kelarutan besi (Fe) yang tinggi.
-     Penggenangan dimulai paling cepat setelah tanaman berumur 21 hari dengan ketinggian air 5-7 cm sampai berumur 45-50 hari. Selanjutnya dikeringkan kembali selama 7-10 hari sehingga petakan dalam keadaan kapasitas lapangan. Keadaan demikian akan mempercepat turunnya kadar besi (Fe) dalam tanah sehingga tidak lagi menimbulkan keracunan. Pengeringan dilakukan dengan cara menutup pintu air masuk dan lahan dibiarkan kering dengan sendirinya dan bukan dengan cara pencucian atau membuang air ke luar petakan sawah. Umur 55 hari lahan kembali digenangi sampai 15 hari menjelang panen.
-        Jika tidak ada hujan, maka lahan dapat digenangi selama 12 jam dan dibiarkan kembali kering dengan sendirinya.

4.  Pemupukan
-    Keracunan besi (Fe )  dapat dikurangi salah satunya dengan penambahan pupuk organik (kompos atau pupuk kandang) dan asam humat.
-    Seluruh jerami pada setiap musim tanam dikembalikan ke lahan baik dalam bentuk segar atau dalam bentuk kompos dan tidak boleh dibakar.
-       Lahan dapat diberi kapur DolomitE dengan takaran 300-500 kg/Hektar/Musim Tanam.
-    Pemberian pupuk lebih diutamakan yang mengandung unsur P dan K. Tidak dianjurkan menggunakan pupuk Urea. 

5. Pengendalian OPT
-       Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan konsep penerapan PHT. Bila serangan sudah berada di atas ambang ekonomi maka dilakukan pengendalian dengan pestisida ramah lingkungan.
-      Penyiangan gulma/rumput dilakukan sesuai dengan keadaan pertumbuhan gulma di lapangan.


Sumber
-   www.sumbar.litbang.pertanian.go.id. Rifda Roswita & Ismon Lenin. Lado 21: Mengatasi Sawah Bukaan Baru. 2010.

-   www.kalsel.litbang.pertanian.go.id. Ida Noor & Khairudin. Keracunan Besi Pada Padi: Aspek Ekologi dan Fisiologi-Agronomi. 2013

Minggu, 24 September 2017

PENGENDALIAN PENYAKIT KRESEK DAN HAWAR DAUN BAKTERI PADA TANAMAN PADI

Penyakit hawar daun bakteri merupakan salah satu penyakit utama tanaman padi.  Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo).  Patogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. 

Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi melalui hidatoda pada tepi daun, luka pada daun, akar yang putus  atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis yang apabila terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati dan pada tanaman fase generatif mengakibatkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.

SUMBER DAN PENYEBARAN PENULARAN 
Sumber penularan bakteri ini adalah benih, jerami, anakan padi yang terinfeksi dan gulma yang menjadi inang.

Penyebarannya melalui angin kencang, embun, air hujan dan air irigasi. Pada awal pagi hari terdapat lendir yang kemudian mengeras menjadi butiran kecil pada permukaan daun yang terinfeksi.Permukaan daun yang lembab melarutkan butiran - butiran tersebut sehingga sel - sel bakteri dapat menyebar dengan bebas.


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT 

  1. Faktor lingkungan; Yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Penggenangan sawah yang terus menerus juga dapat memicu perkembangannya.
  2. Pemupukan yang tidak berimbang; Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri.


GEJALA DAN DAMPAK PENYAKIT 

  1. GEJALA KRESEK; Terjadi bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati. Infeksi sistematik pada bibit dapat mengakibatkan seluruh daun atau tanaman mejadi layu kering.
  2. GEJALA HAWAR (BLIGHT); Terjadi bila serangan pada tanaman dewasa.
  3. Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun mula - mula bernoda
    seperti garis -garis basah yang kemudian meluas dan berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering. Kematian  jaringan daun ini dimulai pada satu atau kedua tepi helai daun, selanjutnya meluas keseluruh permukaan daun. Pada varietas yang rentan, kematian dapat terjadi sampai pelepah daun, apalagi jika tanaman dipupuk dengan N  dengan dosis tinggi. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.
                            



PENGENDALIAN PENYAKIT 
Pengendalian akan lebih berhasil jika dilakukan secara terpadu (PHT) yaitu dengan menggabungkan beberapa cara berikut ini.
  1. Menanam varietas padi yang tahan. Ini merupakan  cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan. Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkab varietas tahan disuatu saat tetapi rentan di saat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Sehubungan dengan sifat -sifat yang demikian ini maka pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) menjadi sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut. Mengingat tahan terhadap patotipe tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap patotipe yang lain. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas yang tahan terhadap patotipe III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII .
  2. Gunakan benih dan bibit sehat yang bebas dari patogen penyakit; Karena penyakit ini dapat menginfeksi gabah, maka hati - hati dalam memilih benih. Sangat tidak dianjurkan menanam benih yang sudah terinfeksi. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Bibit yang sudah menunjukan gejala kresek sebaiknya tidak ditanam.
  3. Cara Tanam; Sistem legowo sangat dianjurkan karena pertanaman tidak terlalu lembab dan sirkulasi udara lebih lancar. Jarak tanam juga tidak boleh terlalu rapat. Jarak tanam yang rapat selain menguntungkan bagi perkembangan patogen, juga mempermudah infeksi dan penularan antar tanaman. Jika air dapat diatur, maka dilakukan pengairan berselang (intermiten). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen. 
  4. Pemupukan; Gunakan pupuk secara berimbang. Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Jadi jangan memupuk N dalam dosis yang tinggi. Pupuk Kalium (K) dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit ini.
  5. Sanitasi dan Pengomposan Jerami; Musnahkan sisa jerami, gulma dan inang lain yang berpenyakit karena patogen dapat bertahan. Jerami padi lebih baik dibuat kompos terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke lahan sawah, karena patogen yang terdapat dalam jerami akan mati akibat panas yang dihasilkan dalam proses dekomposisi jerami menjadi kompos .
  6. Cara Kimiawi Dengan Menggunakan Bakterisida. 


Sumber:

Ir. Idham Sakti Harahap,M.S dan DR. Budi Tjahjono, M.Agr. Seri Agritekno. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/45-pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bakteri


Minggu, 03 September 2017

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS PADA TANAMAN PADI

Penyakit blas sangat merugikan petani. Musim Tanam Rendengan lalu di desa wilayah kerja saya, banyak tanaman padi terserang penyakit ini yang dicurigai tertular dari benih yang didatangkan dari luar daerah. Karena di daerah saya baru pertama kali ini terjadi serangan penyakit blas ini, sehingga banyak petani yang tidak siap dan belum mengenali tentang penyakit tersebut serta terlambat dalam pengamatan yang menyebabkan kerugian cukup besar. 

Penyakit blas disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae (Pyricularia grisea). Padi yang rentan terserang penyakit ini jika:
  • Kondisi periode embun yang panjang;
  • Kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari berkisar 22 - 25°C;
  • Jarak tanam terlalu rapat sehingga kelembaban di sekitar tanaman menjadi tinggi dan suhu menjadi rendah serta aerasi yang tidak baik;
  • Tanaman yang dipupuk Nitrogen (N) terlalu berlebihan. Pengaruh N berlebihan ini terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabelitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si) sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi;
  • Menanam varietas yang tidak tahan/rentan blas;
  • Tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan.

BIOLOGI DAN EKOLOGI PENYAKIT BLAS
Cendawan ini mempunyai banyak ras, yang mudah berubah dan membentuk ras baru dengan cepat. 

Pada kondisi lingkungan yang mendukung, 1 siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap ditebarkan ke udara. Dari 1 bercak dapat menghasilkan ratusan bahkan ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama 20 hari.

Penyebaran spora dapat terjadi melalui benih dan angin. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapangan adalah jerami (sebaiknya jerami dikomposkan sehingga tidak menjadi sumber penyakit), inang lain seperti rumput dan terutama padi - padian (famili Graminae) yang terinfeksi dapat menjadi sumber penularan bagi musim tanam padi berikutnya.

GEJALA PENYAKIT BLAS
Penyakit blas dapat menyerang baik pada persemaian, dipertanaman pada fase vegetatif maupun fase generatif menjelang panen.

  • Blas Daun; Cendawan ini menginfeksi bagian daun dan pelepah daun dengan gejala bercak - bercak berbentuk belah ketupat. Warna bercak coklat dan pusat bercak berwarna kelabu agak keputih-putihan. Ukuran bercak bervariasi tergantung kondisi lingkungan, umur bercak dan kerentanan tanaman. Bila penyakit terjadi pada tanaman yang rentan dan kondisi lingkungannya lembab, maka bercak - bercak dapat meluas dan bersatu sehingga dapat mengakibatkan rusaknya sebagian besar daun.
  • Blas Leher; biasa juga disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa tengah), kecekik
    (jawa barat) dan di daerah saya petaninya menyebut potong leher. Gejalanya tangkai malai membusuk dan patah. Bila infeksi terjadi sebelum masa pengisian bulir padi, maka menyebabkan bulir hampa. Infeksi parah dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne). Sehingga gabah tidak boleh lagi dijadi benih. Penyakit blas leher sangat merugikan karena dapat menurunkan hasil bahkan bisa terjadi puso.

Serangan Berat Blas Leher 

PENGENDALIAN PENYAKIT BLAS
Pengendalian akan lebih berhasil jika dilakukan secara terpadu (PHT) yaitu dengan menggabungkan beberapa cara berikut ini.
  1. Menanam varietas padi yang tahan. Ini merupakan  cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan. Penggunaan varietas yang tahan dapat disesuaikan  dengan sebaran ras yang ada disuatu daerah. Beberapa varietas yang tahan terhadap beberapa ras patogen penyakit blas antara lain Inpari 21, Inpari 22, Inpari 26, Inpari 27, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 7, Inpago 8. Penggunaan varietas tahan pada daerah endimik blas jangan ditanam secara terus menerus dan monogenik (1 atau 2 varietas) secara luas. Harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam di suatu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu ras.
  2. Gunakan benih sehat yang bebas dari patogen Blas; Karena blas dapat menginfeksi gabah, maka hati - hati dalam memilih benih. Sangat tidak dianjurkan menanam benih yang sudah terinfeksi. Ini perlu ditekankan sebagai syarat untuk kelulusan uji sertifikasi benih. Perlakuan benih juga diperlukan untuk menghindari penyakit yaitu dengan cara melakukan perendaman benih (soaking) atau pelapisan benih (coating) dengan fungisida anjuran seperti fungisida sistemik trisiklazole dengan dosis formulasi 3 - 5 gram/kg benih. Cara soaking yaitu dengan merendam benih selama 24 jam. Selama periode rendaman, larutan yang digunakan diaduk merata setiap 6 jam. Perbandingan berat biji dengan volume air 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter larutan fungisida). Setelah 24 jam, benih ditiris dan dikering anginkan dalam suhu kamar di atas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah disemai. Soaking ini dilakukan sebelum pemeraman benih. Cara coating yaitu benih direndam dalam air selama beberapa jam. Kemudian tiriskan hingga air tidak menetes lagi. Fungsida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih yang sudah ditiriskan dan dikocok merata. Kemudian benih dikeringkan dengan cara yang sama seperti cara soaking. Benih siap disemai.
  3. Cara Tanam; Sistem legowo sangat dianjurkan karena pertanaman tidak terlalu lembab dan sirkulasi udara lebih lancar. Jarak tanam juga tidak boleh terlalu rapat. Jarak tanam yang rapat selain menguntungkan bagi perkembangan patogen, juga mempermudah infeksi dan penularan antar tanaman. Jika air dapat diatur, maka dilakukan pengairan berselang (intermiten). 
  4. Pemupukan; Gunakan pupuk secara berimbang. Jangan memupuk N dalam dosis yang tinggi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pupuk Kalium (K) dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit blas.
  5. Sanitasi dan Pengomposan Jerami; Musnahkan sisa jerami dan inang lain yang berpenyakit karena patogen dapat bertahan. Jerami padi lebih baik dibuat kompos terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke lahan sawah, karena patogen yang terdapat dalam jerami akan mati akibat panas yang dihasilkan dalam proses dekomposisi jerami menjadi kompos .
  6. Cara Kimiawi Dengan Menggunakan Fungisida;  Perlakuan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan fungisida pada tanaman. Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20% efektif menekan perkembangan cendawan  Pyricularia oryzae (Pyricularia grisea). Penyemprotan sebaiknya dilakukan 2 kali yaitu saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.
       Tabel. Fungisida Untuk Pengendalian Penyakit Blas 
Bahan Aktif
Nama Dagang
Dosis Formulasi /aplikasi
Volume Semprot 
/ha
Isoprotiolan
Fujiwan 400 EC
1 lt
400-500 lt
Trisiklazole
Dennis 75WP, Blas 200SC, Filia 252 SE
1 lt / kg
400-500 lt
Kasugamycin
Kasumiron 25 WP
1 kg
400-500 lt
Thiophanate methyl
Tyopsin 70WP
1 kg
400-500 lt


Secara ringkas tindakan pengendalian yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat;
  2. Gunakan benih sehat;
  3. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 30 hari setelah sebar;
  4. Jerami dibuat kompos agar patogen blas mati;
  5. Hindari tanam padi terlambat dari tanaman petani di sekitarnya (tanam serempak);
  6. Hindarkan jarak tanam rapat dan gunakanlah sistem jajar legowo;
  7. Hindarkan penggunaan pupuk N diatas dosis anjuran dan pemberian pupuk K;
  8. Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus menerus sepanjang tahun;
  9. Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa rerumputan dan sisa jerami yang tidak dikomposkan;
  10. Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan blas leher terutama di daerah endemik.

Sumber:
Ir. Idham Sakti Harahap,M.S dan DR. Budi Tjahjono, M.Agr. Seri Agritekno. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar Swadaya.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/240-penyakit-blas-pada-tanaman-padi-dan-cara-pengendaliannya

Minggu, 27 Agustus 2017

MENGENAL PENYAKIT TANAMAN DURIAN DAN CARA MENGENDALIKANNYA

Siapa yang tidak suka durian??? Masyarakat Indonesia umumnya menyukai buah yang memiliki aroma tajam tersebut. Karena begitu terkenalnya durian dan memiliki banyak penggemar hingga dijuluki KING OF THE FRUIT. 


Hasil gambar untuk buah durian


Hingga kini durian tidak saja menjadi tanaman hutan (seperti biasanya yang terjadi di daerah saya), tetapi juga sudah banyak di budidayakan. Harga buah durian yang begitu menggiurkan membuat banyak orang yang membudidayakannya. 

Seperti tanaman budidaya yang lain, hama dan penyakit selalu menjadi masalah yang merugikan.  Untuk itu kali ini saya akan memposting  penyakit tanaman durian dengan harapan dapat membantu pekebun durian. Untuk hama tanaman durian akan saya posting berikutnya.

PENYAKIT DURIAN

1.  BUSUK BUAH Phytophthora
Penyakit ini disebabkan cendawan Phytophthora palmivora menyerang saat musim hujan tiba. Menyerang buah muda hingga buah yang sudah matang. Buah yang sudah terserang tidak mungkin dijual, sehingga sangat merugikan.

Gejala serangan:
  • Serangan dimulai dengan munculnya bercak - bercak basah basah pada kulit buah.
  • Mula-mula berwarna coklat, kemudian perlahan - lahan menjadi hitam. 
  • Proses pembusukan kulit lama kelamaan akan masuk ke daging buah dan biji
  • Pada kondisi lembab akan terbentuk miselium dan sporangia berwarna putih di bercak tersebut.







Cara Pengendalian:
  • Penyemprotan fungisida seperti Previcur N, Ridomil dan dithane.
  • Tanaman terserang disemprot 3 - 4 hari sekali kalau cuaca mendung dan hujan.
  • 5 pohon  disekitar pohon yang terserang juga harus disemprot fungisida.
  • Untuk tindakan preventif maka interval waktu penyemprotan 1 - 2 minggu sekali.


2.  KANKER BATANG
Sebagaimana dengan penyakit busuk buah, penyakit kanker batang juga disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora. Daerah berisiko tinggi adalah dataran rendah yang lahannya kekurangan air saat musim kemarau. Cendawan tidak aktif dimusim kemarau, tetapi akan menyerang ketika kelembaban tinggi karena hujan. 

Gejala serangan:
  • Adanya luka basah pada kulit batang dekat tanah. luka mengeluarkan lendir berwarna merah.
  • Pada serangan akut, kulit batang membusuk sehingga bagian kayunya membuka.
  • Kayu yang terinfeksi berwarna coklat kemerahan dengan bintik merah dan ungu.
  • Kalau batang diketok, akan terdengan gaung yang nyaring karena adanya lubang di bagian dalam.
  • Pada serangan berat setelah seluruh lingkaran batang busuk, pucuk tanaman mengering, daun layu berguguran dan akhirnya mati.
GEJALA AWAL PENYAKIT KANKER BATANG



Cara Pengendalian:
Penyakit ini mudah diatasi asalkan ditangani sjak dini.
Yang paling efektif adalah dengan pengendalian terpadu (PHT) yaitu dengan :

a.  Teknik Budidaya. Tujuan nya agar kebun tidak lembab disekitar pohon dan sirkulasi           udara lancar
  • Penanaman dengan jarak tanam yang lebih jarang 
  • Menyiangi gulma yang tumbuh di bawah pohon
  • Memangkas cabang yang terlalu dekat tanah
b. Kultur Teknis.
Dengan menanam durian spesifik lokal yang menjadi batang bawah (understump), sebagai entrys baru menggunakan durian unggul. 

c. Mengoles Bordo Di Batang Tanaman Durian. Tindakan ini untuk pencegahan.
Cara membuat bubur bordo:
  • Terusi 150 gram, kapur tohor/gamping 150 gram serta air 10 liter.
  • Terusi dan kapur ditumpuk kemudian dilarutkan 
  • Sebelum diaplikasikan ke tanaman bubur bordo harus diencerkan dalam 10 liter air
d. Kimia. 
  • Kulit batang yang membusuk dikerok sampai terlihat bagian kayu yang masih sehat
  • Sisa kulit dan batang yang dikerok harus segera dibakar agar tidak menjadi sumber patogen
  • Setelah dikerok diolesi dengn fungisida seperti Previcur N dengan dosis 2 ml/l. atau dapat juga menggunakan Ridomil 3 - 5 ml/l.
  • Luka nya lebih baik ditutup dengan parafin carbolineum.




3.  KARAT/BERCAK DAUN
penyakit ini disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Menyerang di pembibitan maupun di kebun. Serangan pada bibit dapat menyebabkan kematian sampai 50%. Sedangkan pada tanaman dewasa menyebabkan gugur daun, mematikan cabang dan ranting.

Penyakit ini menularnya sangat cepat pada saat musim hujan. Penyebarannya melalui kontak daun yang terinfeksi dengan daun yang sehat, lewat serangga, dan melalui percikan air hujan. Cendawannya dapat bertahan hidup di tanah.

Gejala serangan:
  • Ditandai dengan timbulnya bercak kecil basah di daun.
  • Bercak semakin lama semakin lebar dan akan mengering berwarna coklat.
  • Kalau diamati daun yang terinfeksi dipenuhi benang - benang cendawan berwarna kuning.
  • Daun yang sakit akan gugur.
  • Pada serangan berat tajuk akan gundul sehingga fotosintesa terganggu.dan produksi buah rendah.



Cara Pengendalian:

  • Pada pembibitan dilakukan penyiraman teratur, asal tidak berlebihan. Jarak tanam diperlebar; dan daun yang terinfeksi dipangkas.
  • Disemprot dengan fungisida berbahan aktif carbendazim, triadimefo, flototanil, benomyl, pencycuron, thiophanate methyl. Contoh fungisidanya Rovral WP atau Folicur WP sebanyak 2 gram/l air. Interval penyemprotan sama seperti apda penanggulangan penyakit kanker batang.


4.  JAMUR UPAS/PINK DISEASE
Penyakit ini disebabkan oleh Corticium salmunicolor. Mewabah ddi daerah curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Pada cuaca lembab basidiospora dan konidia cendawan terbentuk dan tersebar melalui air hujan dan angin. itu sebabnya penyakit jamur upas sering disebut penyakit cendawan angin.

Gejala serangan:
Yang diserang adalah bagian cabang dan ranting. Pohon bertajuk rimbun mudah terinfeksi jamur upas.

  • Keluarnya cairan berwarna kuning jingga dari cabang yang terserang.
  • Permukaan kulit cabang diselimuti hifa berwarna putih.
  • Pada kondisi lembab hifa akan berubah menjadi warna pink.
  • Infeksi akan mematikan kulit kayu.
  • Jika serangan terlalu berat maka daun akan layu dan kering.


    Cara Pengendalian:
    • Cara pengendalian sama dengan penyakit kanker batang.
    • Pengolesan bubur bordo dengan interval lebih sering.


    5.  AKAR PUTIH
    Penyakit ini disebabkan oleh Rigidoporus lignosusDurian yang ditanam di bekas kebun karet, singkong, kopi, belimbing, rambutan, mangga, pepaya, kentang, albasia, cabai dan lada beresiko terserang penyakit ini.

    Gejala serangan:

    gejala serangan dapat dilihat dari tampilan pohon.


    • Daun berubah warna menjadi kuning akhirnya menjadi coklat mengerut dan akhirnya gugur.
    • Akar yang terserang akan diselimuti rhizomorphs berwarna putih. Untuk itu akar perlu dibongkar dan.
    • Serangan pada akar akan menimbulkan kematian jika tidak dikendalikan.


      Cara Pengendalian:
      • Tindakan preventif harus dilakukan sejak pembukaan lahan, yaitu dengan membersihkan seluruh tunggul tanaman inang yang sudah disebutkan di atas dengan cara dibongkar dan dibakar. selanjutnya lubang bekas tunggul inang tersebut disemprot fungisida berbahan aktif tridemorph, triademefon, propiconazole atau triozole sesuai dosis anjuran.
      • Lubang tanam di siram dengan fungisida tersebut diatas. contohnya bisa menggunakan Bayleton 2 ml/l air.
      • Penyiraman juga bisa dilakukan saat tanam atau pada pohon yang terserang. Interval penyiramannya 3 - 4 hari sekali. Sebagai tindakan preventif disiram 2 minggu sekali.
      • Tanah disekitar pohon ditaburi belerang.

        Sumber: 
        Trubus. Panduan Praktis. Sepuluh Hama dan Penyakit Intai Durian Anda.
        Onny Untung. Seri Agribisnis. Durian. Untuk Kebun Komersil dam Hobi.

              Kamis, 24 Agustus 2017

              HAMA TANAMAN DURIAN

              Setelah sekitar 1 minggu yang lalu saya memposting tentang penyakit tanaman durian, kali ini agar melengkapi maka postingan kali ini tentang hama tanaman durian.

              Bicara tentang durian tak bosan - bosannya sambil membayangkan lezatnya menyantap buah durian yang jika musim panen raya tiba begitu berlimpah dengan harga yang sangat terjangkau. Setiap orang bisa menyantap sepuasnya tanpa takut bikin dompet jebol...itu kalo di daerah tempat tinggal saya lo. Tapi bagi yang bermukim di pulau jawa, tentunya harga durian lumayan mahal.

              Oke...kembali ke hama tanaman durian yang saya pilih adalah beberapa hama penting yang menimbulkan kerugian. Semoga bermanfaat buat pekebun dan hobiis tanaman durian.

              HAMA TANAMAN DURIAN

              1.  ULAT PENGGEREK BUAH
              Ulat penggerek buah ada 2 jenis yang paling banyak ditemui di Indonesia yaitu Hypoperigea leprostricta dan Tirathaba ruptilenea.  

              Hypoperigea leprostricta ngengatnya berwarna coklat tua dengan bercak putih pada sayapnya. Larva akan menetap di dalam biji sampai buah rontok. Begitu buah rontok larva akan keluar  masuk dalam tanah. Ulat berubah menjadi pupa/kempompong di dalam tanah. Kemudian pupa menetas menjadi ngengat. Ngengat generasi baru akan melubangi buah durian untuk mengulangi siklus hidupnya. 

              Tirathaba ruptilenea adalah ulat penggerek buah yang paling banyak menyerang di Indonesia. Aneka kultivar durian unggul sudah dirilis hampir semua mencantumkan tingkat kerentanan terhadap hama ini. 

              Gejala serangan:

              • Larva Hypoperigea leprostricta yang menyerang buah durian berwarna merah ungu dengan panjang 3,5 cm yang melubangi kulit buah dan masuk ke dalam daging buah serta biji dan berdiam disana untuk mencari makan. Daging buah yang terlewati akan membusuk.  
              • Larva Tirathaba ruptilenea berwarna hitam kecoklatan. Larva menetas dari telur yang diletakan di kulit buah. Kemudian masuk ke daging buah dan mengoroknya sampai membusuk.
              • Kadang-kadang jika menyerang buah muda akan rontok. Begitu dibelah akan akan nampak ulat penggerek buah. 



              Cara Pengendalian:

              • Tindakan preventif dengan mencangkul tanah di bawah tajuk pohon untuk mematikan kepompong ngengat. Buah yang gugur karena hama ini dikumpulkan dan dibakar agar siklus hamanya terhenti.
              • Penyemprotan insektisida seperti Decis EC atau Buldog EC dengan dosis 1 ml/l air dengan interval 2 minggu sekali. Jika sudah ada serangan dapat ditingkatkan menjadu 3 - 4 hari sekali. Penyemprotan hanya dilakukan pada pohon yang terserang atau 4 -5 pohon di sekitarnya. 


              2.  PENGGEREK BATANG
              Ulat penggerek batang ada 2 jenis akan kita bahas yaitu Xyleutus leuconotus dan Batocera naminator.  Hama ini meskipun tingkat kerugian yang ditimbulkan tidak seganas penyakit kanker batang, namun tetap menurunkan produktivitas.

              Gejala serangan:
              • Ditandai dengan lubang kecil pada batang atau cabang dan menumpuknya kotoran serbuk berwarna kemerahan. 
              • Awalnya hama menggigit kulit kayu, kemudian meletakan telurnya disitu. Setelah telur menetas, larvanya akan ke dalam batang atau cabang. Larva akan merusak phloem dan xylem sehingga transportasi air dan hara ke seluruh jaringan tanaman akan terganggu.
              • Daun  pada cabang yang terserang akan mati. Lama - kelamaan pohon juga ikut mati.

                Cara Pengendalian:
                • Cara mekanis. Cabang atau ranting yang terserang dipotong 5 cm dari lubang gerekan. Kemudian membakar potongan tersebut agar larvanya mati. Teknik lain dengan memasukan kawat ke dalam lubang dengan harapan ulat terkena kawat dan mati
                • Cara kimiawi. Jika batang utama yang terserang, basahi kapas dengan insektisida seperti Decis EC atau Buldok EC. Kemudian sumbat dengan kapas tersebut.  Seandainya lubang gerekan terletak pada ketinggian maka pengendalian yang paling praktis adalah cara infus. Batang di bor dengan sudut kemiringan 45  derajat sedalam 3 - 10 cm. Selanjutnya di atas lubang itu digantung botol berisi seliter insektisida kimia. Melalui selang kecil, insektisida dimasukan ke lubang. Selesai di infus luabng harus ditutup parafin/lilin untuk mencegah kehadiran penyakit blendok.

                3.  RAYAP
                Tanaman durian kemungkinan beresiko akan terserang rayap jika kebun terdapat banyak bonggol kayu membusuk bekas kebun karet, karena rayap sebenarnya hanya memakan kayu yang sudah mati. Namun rayap dapat mengeluarkan cairan yang dapat mempercepat kematian kulit kayu durian dan jika dibiarkan serangannya akan meluas.

                Gejala serangan:
                • Gejala awal serangan adanya alur atau terowongan dari tanah yang menempel di batang.

                Cara Pengendalian:
                • Preventif. Sanitasi lingkungan cara pencegahan paling efektif. Semua bonggol kayu dimusnahkan hingga bersih.
                • Cara kimiawi. Penaburan 30 - 50 gram Furadan di sekeliling pohon kemudian ditutup dengan tanah. Selain itu insektisida Regent SC dengan dosis 5 ml/l air diberikan dengan cara disemprot, disiram atau diinjeksi.



                Sumber: 
                Trubus. Panduan Praktis. Sepuluh Hama dan Penyakit Intai Durian Anda.
                Onny Untung. Seri Agribisnis. Durian. Untuk Kebun Komersil dam Hobi.